HEADLINE NEWS

ASAL USUL TERJADINYA DESA SEMERAH DAN PONDOK BERINGIN KECAMATAN SITINJAU LAUT KABUPATEN KERINCI

Daerah kerinci pada saat itu di bagi menjadi 2 (dua), sesuai dengan istilah pada saat itu yaitu : “EMPAT DI ATEH” , “TIGO DIBARUH”. Yang dimaksud dengan “EMPAT DIATEH” ialah kerinci tinggi yang dikepalai oleh “EMPAT DEPATI” yaitu:

DEPATI ATUR BUMI di hiang.
DEPATI BIANG SARI di pengasi.
DEPATI RENCONG TELANG di pulau sangkar.
DEPATI BANDARO LANGKAT di tamiai.

Kemudian yang dimaksud dengan “TIGO DIBARUH” ialah kerinci rendah yang di kepalai oleh masing – masing :

DEPATI SETIO NYATO
DEPATI SETIO BETUI
DEPATI SETIO RAJO

Di zaman depati tersebut, didesa semerah ada seorang nenek moyang yang pertama kali menunggu di desa semerah yang bertempat di “TANJUNG BERISI” yang bernama “TELAGAH BERTUAH” beliau kakak beradik dengan nenek “MANGGUMI KUAT (KUAK)” dipendung yang bertempat pendam beliau di “SEBUKAR” dan nenek penateh panjang rambut yang bernama “PUTI BARUSE” yang bertempat ditanah kampung.
Pada suatu ketika, kabupaten kerinci sudah termasuk wilayah provinsi jambi, maka dapat berita bahwa raja jambi beserta rombongan hulubalang – hulubalannya berangkat kekerinci untuk bertemu dengan depati – depati alam kerinci.

Sebelum rombongan raja jambi berangkat kekerinci, diundanglah seluruh hulubalang – hulubalang raja jambi yang ada pada saat itu. Setelah berkumpul seluruh hulubalang tersebut, maka diadakan musyawaroh untuk menunjuk dan menetapkan siapa yang akan berangkat kekerinci, dengan hasil musyawaroh tersebut, maka dintunjuklah untuk berangkat kekerinci yaitu “SARBO JAWO” dan “ NGAWAK” dua orang hulubalang raja jambi inilah sebagai utusan jalan di dalam hutan dan rimba antara jambi dengan kerinci.

Sebelum acara pelaksanaan penyambutaan hulubalang raja jambi yang diwakili oleh “SARBO JAWO” dan “NGAWAK” maka seluruh depati alam kerinci mengadakan rapat dengan acara penyambutan tersebut sebagai berikut :

-          -  Mengadakan acara pencak silat.
-          -  Rangguk dan tari asyik.

Keramaian adat selama 7 hari 7 malam, sesuai dengan adat istiadat pada saat itu.
Acara berlangsung di tempat “DEPATI BIANG SARI” dusun pengasi
Tak lama kemudian datanglah utusan raja jambi di kerinci, maka acara penyambutan dilaksanakan siang dan malam.

Pada acara penyambutan tersebut, ditampilkanlah bermacam – macam kesenian adat kerinci, pada saat menyaksikan acara tersebut timbullah dalam hati kedua utusan raja jambi itu rasa rindu dan keinginan untuk menggoda gadis – gadis kerinci di dusun pengasi.

Rasa terhadap gadis – gadis kerinci maka utusan raja jambi makin mendekam dan menjadi – jadi, sehingga seluruh depati – depati alam kerinci pada saat itu tidak senang lagi melihat tingkah laku “SARBO JAWO” mengganggu gadis – gadis kerinci, maka timbullah pepatah adat dengan hal demikian itu “ADAT KUPAK – LEMBAGO SUMBING” kalau dibiarkan perbuatan salah yang dilakukan oleh utusan raja jambi itukan merusak nama baik kerinci menurut agama dan adat kerinci, akhirnya utusan raja jambi itu harus di bunuh sebagai mana mupakat bersama maka “SARBO JAWO” dibunuh ketika “SARBO JAWO” ikut pergi menjala ikan di lubuk ineh sungai batang merangin.

Yang membunuh “SARBO JAWO” ketika menjala ikan ialah nenek “TELAGAH BERTUAH” dengan nenek “MANGGUMI KUAT”.

“LUKA DI PAMPAS MATI DI BANGUN”, sesuai dengan undang – undang adat tersebut, maka raja jambi pada saat itu menuntut bangun “SARBO JAWO” dengan emas selesung bolong, seruas telang, selengan baju. Bangun “SARBO JAWO” dibayar oleh dusanak batino “TELAGAH BETUAH dan MANGGUMI KUAT” yaitu “PUTI BARUSE” yang diganti dengan ayam kenantan putih bergombak bauk, balam nan tigo gayo, puyuh nan panjang dengut, katite nan panjang rante (ini adalah istilah bahasa kerinci).

Setelah selesai perkara tersebut maka dusanak jantan “PUTI BARUSE” keduanya di bebaskan, “TELAGAH BERTUAH dan MANGGUMI KUAT” langsung tinggal bersama “PUTI BARUSE” di tanah kampung.

Oleh karena sudah sekian bulan dan tahun lamanya tinggal bersama “PUTI BARUSE” maka “TELAGAH BERTUAH dan MANGGUMI KUAT” minta pamit kepada “PUTI BARUSE” dan “DEPATI MUDO BATAWANG LIDAH” (suami puti baruse) untuk pergi membuka lahan tempat berladang, “TELAGAH BERTUAH” langsung kesebuah tanjung yang terletak didesa baru semerah yaitu “TANJUNG BERISI” kemudian “TELAGAH BERTUAH” membuat sebuh dusun dikoto kedudung, istri beliau bernama “SAMIANG HURAI” oleh karena sudah beranak pinak (bercucu), dan dikoto kedudung pada zaman itu banyak memakai baju merah maka di manakanlah dusun itu SEMERAH.


Sekitar tahun 1985 semerah di bagi menjadi 2 (dua) yaitu SEMERAH dan PONDOK BERINGIN. Nama PONDOK BERINGIN diambil dari dari sebuah pondok kecil, yang di sana terdapat sebatang pohon beringin, maka dinamakanlah DESA PONDOK BERINGIN.

Previous
« Prev Post
Show comments
Hide comments