HEADLINE NEWS

ASAL USUL TERJADINYA DESA SEMERAH DAN PONDOK BERINGIN KECAMATAN SITINJAU LAUT KABUPATEN KERINCI

On May 08, 2016

Daerah kerinci pada saat itu di bagi menjadi 2 (dua), sesuai dengan istilah pada saat itu yaitu : “EMPAT DI ATEH” , “TIGO DIBARUH”. Yang dimaksud dengan “EMPAT DIATEH” ialah kerinci tinggi yang dikepalai oleh “EMPAT DEPATI” yaitu:

DEPATI ATUR BUMI di hiang.
DEPATI BIANG SARI di pengasi.
DEPATI RENCONG TELANG di pulau sangkar.
DEPATI BANDARO LANGKAT di tamiai.

Kemudian yang dimaksud dengan “TIGO DIBARUH” ialah kerinci rendah yang di kepalai oleh masing – masing :

DEPATI SETIO NYATO
DEPATI SETIO BETUI
DEPATI SETIO RAJO

Di zaman depati tersebut, didesa semerah ada seorang nenek moyang yang pertama kali menunggu di desa semerah yang bertempat di “TANJUNG BERISI” yang bernama “TELAGAH BERTUAH” beliau kakak beradik dengan nenek “MANGGUMI KUAT (KUAK)” dipendung yang bertempat pendam beliau di “SEBUKAR” dan nenek penateh panjang rambut yang bernama “PUTI BARUSE” yang bertempat ditanah kampung.
Pada suatu ketika, kabupaten kerinci sudah termasuk wilayah provinsi jambi, maka dapat berita bahwa raja jambi beserta rombongan hulubalang – hulubalannya berangkat kekerinci untuk bertemu dengan depati – depati alam kerinci.

Sebelum rombongan raja jambi berangkat kekerinci, diundanglah seluruh hulubalang – hulubalang raja jambi yang ada pada saat itu. Setelah berkumpul seluruh hulubalang tersebut, maka diadakan musyawaroh untuk menunjuk dan menetapkan siapa yang akan berangkat kekerinci, dengan hasil musyawaroh tersebut, maka dintunjuklah untuk berangkat kekerinci yaitu “SARBO JAWO” dan “ NGAWAK” dua orang hulubalang raja jambi inilah sebagai utusan jalan di dalam hutan dan rimba antara jambi dengan kerinci.

Sebelum acara pelaksanaan penyambutaan hulubalang raja jambi yang diwakili oleh “SARBO JAWO” dan “NGAWAK” maka seluruh depati alam kerinci mengadakan rapat dengan acara penyambutan tersebut sebagai berikut :

-          -  Mengadakan acara pencak silat.
-          -  Rangguk dan tari asyik.

Keramaian adat selama 7 hari 7 malam, sesuai dengan adat istiadat pada saat itu.
Acara berlangsung di tempat “DEPATI BIANG SARI” dusun pengasi
Tak lama kemudian datanglah utusan raja jambi di kerinci, maka acara penyambutan dilaksanakan siang dan malam.

Pada acara penyambutan tersebut, ditampilkanlah bermacam – macam kesenian adat kerinci, pada saat menyaksikan acara tersebut timbullah dalam hati kedua utusan raja jambi itu rasa rindu dan keinginan untuk menggoda gadis – gadis kerinci di dusun pengasi.

Rasa terhadap gadis – gadis kerinci maka utusan raja jambi makin mendekam dan menjadi – jadi, sehingga seluruh depati – depati alam kerinci pada saat itu tidak senang lagi melihat tingkah laku “SARBO JAWO” mengganggu gadis – gadis kerinci, maka timbullah pepatah adat dengan hal demikian itu “ADAT KUPAK – LEMBAGO SUMBING” kalau dibiarkan perbuatan salah yang dilakukan oleh utusan raja jambi itukan merusak nama baik kerinci menurut agama dan adat kerinci, akhirnya utusan raja jambi itu harus di bunuh sebagai mana mupakat bersama maka “SARBO JAWO” dibunuh ketika “SARBO JAWO” ikut pergi menjala ikan di lubuk ineh sungai batang merangin.

Yang membunuh “SARBO JAWO” ketika menjala ikan ialah nenek “TELAGAH BERTUAH” dengan nenek “MANGGUMI KUAT”.

“LUKA DI PAMPAS MATI DI BANGUN”, sesuai dengan undang – undang adat tersebut, maka raja jambi pada saat itu menuntut bangun “SARBO JAWO” dengan emas selesung bolong, seruas telang, selengan baju. Bangun “SARBO JAWO” dibayar oleh dusanak batino “TELAGAH BETUAH dan MANGGUMI KUAT” yaitu “PUTI BARUSE” yang diganti dengan ayam kenantan putih bergombak bauk, balam nan tigo gayo, puyuh nan panjang dengut, katite nan panjang rante (ini adalah istilah bahasa kerinci).

Setelah selesai perkara tersebut maka dusanak jantan “PUTI BARUSE” keduanya di bebaskan, “TELAGAH BERTUAH dan MANGGUMI KUAT” langsung tinggal bersama “PUTI BARUSE” di tanah kampung.

Oleh karena sudah sekian bulan dan tahun lamanya tinggal bersama “PUTI BARUSE” maka “TELAGAH BERTUAH dan MANGGUMI KUAT” minta pamit kepada “PUTI BARUSE” dan “DEPATI MUDO BATAWANG LIDAH” (suami puti baruse) untuk pergi membuka lahan tempat berladang, “TELAGAH BERTUAH” langsung kesebuah tanjung yang terletak didesa baru semerah yaitu “TANJUNG BERISI” kemudian “TELAGAH BERTUAH” membuat sebuh dusun dikoto kedudung, istri beliau bernama “SAMIANG HURAI” oleh karena sudah beranak pinak (bercucu), dan dikoto kedudung pada zaman itu banyak memakai baju merah maka di manakanlah dusun itu SEMERAH.


Sekitar tahun 1985 semerah di bagi menjadi 2 (dua) yaitu SEMERAH dan PONDOK BERINGIN. Nama PONDOK BERINGIN diambil dari dari sebuah pondok kecil, yang di sana terdapat sebatang pohon beringin, maka dinamakanlah DESA PONDOK BERINGIN.

Sejarah Taman 7 Haing Tinggi Kecamatan Sitinjau Laut Kabupaten Kerinci

On May 08, 2016

Taman tujuh adalah suatu peninggalan leluhur yang bersejarah.Padanya tersimpan banyak hikmah yang perlu di pelajari . Apalagi pemuda-pemudi saat ini, Kalau tidak dipelajari sejarah tersebut lambat laut akan hilang dan bias-bisa sirna sama sekali. Kata Adat mengatakan “Hilang tambo hilang tanah, hilang tutur hilang keluaga”.

Itulah sebabnya saya ingin menguraikan sekali dengan singkat sejarah keberadaan Taman Tujuh. Supaya kita tidak kehilangan dasar, asal usul dan hubungan kekeluargaan. Dengana adanya mengetahui sejaranh, kita dapat mengenalnya, Kemudian dapat mencintai dan menghargai peninggalan tersebut seperti taman tujuh.

LETAK TAMAN TUJUH
Taman tujuh terletak di desa Hinag Tinggi Kecamatan Sitinjau Laut. Di desa Hiang Tinggi sekarang ada suatu tempat yang paling tinggi, tempat tersebut di sebut “larik tinggi”. Pada larik tinggi pada dahulu kala berdiri beberapa rumah, dan inilah merupakan dusun tertua yang merupakan asal mulanya kerinci.
Disana juga terdapat satu buat kuburan atau makam bersejarah. Kuburan tersebut terdapat empat batu nisan. Menurut mytos, Kuburan tersebut berisi dua orang, yang satu nenek hilang dilaman dan yang satu lagi nenek Jaburiah. Kubuaran ini selalu di ziarahi oleh masyarakat Kerinci dan dari luar Kerinci

SEJARAH TAMAN TUJUH
Menurut Mytos, Pada zaman dahulu kala Kerinci merupakan suatu genangan air atau danau yang luas. Senhingga oleh penghuni saat itu disebutlah laut. Dataran tinggi yang ada hany gunung jelatang dan gunung Kerinci. Tinggi Gunung Jelatang kalau di ukur dengan perjalanan, Tujuh hari tujuh malam barulah sampai ke puncaknya. Gunung jelatang tersebut terletak di Pariangan Tinggi atau Hiang Tinggi sekarang.
Pada masa dahulu kala, Nenek Maharajo di rajo dan nenek Indarjati berlayar ke negeri Rum ( Romawi ) Sampai ke pulau perca atau pulau Sumatra sekarang. Dan menetap di Gunung emas atau Gunung Merapi Pariangan Padang panjang sekarang. Disinilah Indarjati bertemu dengan seorang perempuan yang cantik sebagai penghuni gunung ini. Perempuat tersebut bernama Indi jelatah. Alloh Swt mentakdirkan maka menikahlah Indar Jati dengan indi Jelatah. Setalah beberapa tahun membina rumaha tangga, Maka Indar Jati dan Indi Jelatah mendapatkan dua orang anak yaitu : Perpatih Nan Sebatang dan Indar bayo. Oleh Indarjati yang senantiasa Ghaib Atau hilang entah kemana maka pada suatu hari datanglah ia kepada anak dan istrinya dan bercerita ia pada istrerinya, Bahwa ia telah menemukan suatu tempat atau gunung yang paling tinggi, yaitu gunung Jelatang namanya.. ditempat itu telah ada manusia yang menghuninya, Aku akan kembali ke gunung tersebut. Indi Jelatah sangat terharu mendengar cerita suaminya IndaraJati, Mka ia juga ingin melihat gunung tersebut.Dipersiapkanlah bekal untuk berangkat ke gunung Jelatang. Barang-barang tersebut yang di bawa adalah ;

- Tombak nan sebilah
- Payung nan sekaki
- Tudung nan sehelai
- Tongkat nan sebilah
- Kambing nan seeokor

Barang-barang tersebut masih disimpan dengan rapi di rumah gedang nenek limo Hiang Tinggi.
Adapun yang berangkat ke gunung Jelatang tersebut adalah Indarjati dan isrtinya Indijelatah serta anaknya yang bernama Indarbayo, Sedangkan Perpatih nan sebatang tidak ikut karena sudah hampir dewasa.
Indarjati telah sampai di gunung Jelatang dan menetaplah ia disana.

Setelah hari berganti hari, masa berganti masa dan tahun berganti tahun, maka Indi jelatah melahirkan pula beberapa orang anak, Antara lain :

1.        Indartunggal atau Indar Bersusu Tunggal, Inilah yang biasa disebut “ Nenek Bersusu Tunggal “ di gunung Jelatang Pariangan Tinggi.
2.        Indar Nan Beterawang Lidah tinggal di gunung Jelatang Pariangan Tinggi.
3.        Indi Maryam tinggal di Malaysia

Setelah Indartunggal dewasa, Maka ia menikah dengan perempuan “Samiah”. Dari pernikahan ini, ia memperoleh anak :

A.    1. Dayang Rawani tinggal di Jawa Mataram
B.     2. Dayang Ramayah tinggal di Kemantan Darat
C.     3. Dayang Indah tinggal di Hiang Tinggi

Di saat keturunan dari Indartunggal masih anak-anak, ia selalu mandi di sungai-sungai, Sedangkan Indartunggal sangat saying pada anak-anaknya. Untuk menghindari anak-anaknya dari bahaya mandi di sungai, Maka oleh Inadartunggal di buatlah tempat pemandian khusus untuk anank-anaknya,sebanyak tujuh buah, inilah yang di sebut Taman tujuh atau telaga tuju untuk tempat pemandian anak-anaknya dari Nenek Indar bersusu tunggal.

Karena perubahan alam dan pergeseran bumi, Air menyusut akibatnya gunung Jelatang mengalami erosi besar-besaran sebagian tanahnya hanyut, Itulah yang bias kita lihat tanah cogok pinggir danau kerinci, Tanah Kampung, dan Tanah tinggi kemantan. Tinggallah sisa gunung Jelatang seperti yang ada sekarang.

HIKMAH TAMAN TUJUH
Adapun hikmah TAMAN TUJUH adalah sebagai berikut :
D.    1. Depati nan tujuh Yaitu empat diatas tiga dibawah.
E.         -Empat diatas adalah :
F.      a. Depati Atur Bumi di Hiang Tinggi
G.    b. Depati Biang Sari di Pengasi
H.    c. Depati Rencong Telang di Pulau Sangkar
I.       d. Depati Muaro langkat di Tamiai
J.            -Tiga dibawah adalah :
K.    a. Depato Setio Nyato di Lembur
b. Depati Setio Betis di Parentak
c. Depati Setio Rajo di Nalo Bangko
d. Tanah nan tujuh bingkah
e. Karang setio nan tujuh mangkok
f. payung nan tujuh kaki
g. kain nan tujuh helai

TAMAN TUJUH SEKARANG
Masyarakat Kerinci sangat mengagung-agungkan Taman Tujuh, Disamping tempatnya tinggi dan indah, airnya bias pula di mamfaatkan untuk obat bermacam-macam penyakit, sesuai dengan keyakinan orang yang berobat. Sekarang telah dimamfaatkan pula sebagai tempat wisata yang dapat menyejukkan pikiran bagi pengunjungnya.