A. PENDAHULUAN
Fenomena pemahaman ke-Islaman umat Islam masih ditandai
keadaan yang variatif. Islam memepunyai banyak dimensi, yaitu mulai dari
keimanan, akal, ekonomi, politik, iptek, lingkungan, perdamaian sampai
kehidupan rumah tangga. Dalam memahami berbagai dimensi ajaran Islam tersebut
memerlukan berbagai pendekatan yang dikaji dari berbagai ilmu. Ilmu yang
benar menunjukkan jalan keimanan dan keimanan yang benar menuju ajaran Islam
yang benar. Apabila pendekatan keislaman kurang komprehensif, terjadi persepsi
yang tidak utuh, sehingga terjdi kondisi variatif.
Metode digunakan untuk menghasilkan pemahaman Islam yang
komprehensif dan uthuh, guna memandu umat Islam dalam menghadapi dan menjawab
permasalahan ajaran keislaman yang variatif. Menururt Bambang Sugiarto,
tantangann yang dihadapi agama Islam sekarang ini sekurang-kurangnya ada tiga,
pertama, dalam menghadapi persoalan kontemporer ditandai disorientasi nilai dan
degradasi moralitas, agama ditantang untuk tampil sebagai suara moral yang
autentik. Kedua, agama harus menghadapi kecenderungan pluralisme, mengolah
dalam kerangka teologi baru dan mewujudkannya dalam aksi-aksi kerjasama plural.
Ketiga, agama tampil sebagai pelopor perlawanan terhadap segala bentuk
penindasan dan ketidakadialan.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Pengertian
b. Kegunaan metode pemahaman ajaran Islam
c. Metode memahami ajaran agama Islam
e. model pendekatan pemahaman agama islam
C. PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
Menurut bahasa (etimologi), metode berasal dari bahasa
Yunani, yaitu meta (sepanjang), hodos (jalan). Jadi, metode adalah suatu ilmu
tentang cara atau lanhkah-langkah yang di tempuh dalam suatu disiplin tertentu
untuk mencapai tujuan tertentu. Metode berarti ilmu cara menyampaikan sesuatu
kepada orang lain. Metode juga disebut pengajaran atau penelitian.
Menurut istilah (terminologi), metode adalah ajaran yang
memberi uraian, penjelasan, dan penentuan nilai. Metode biasa digunakan dalam
penyelidikan keilmuan. Hugo F. Reading mengatakan bahwa metode adalah kelogisan
penelitan ilmiah, sistem tentang prosedur dan teknik riset.
Metode adalah suatu ilmu yang memberi pengajaran tentang
sistem dan langkah yang harus ditempuh dalam mencapai suatu penyelidikan keilmuan.
Dalam berbagai penelitian ilmiah, langkah-langkah pasti harus ditempuh agar
kelogisan penelitian ilmiah benar-benar nyata dan dapat dipercaya semua
masyarakat. Metode juga dapat diartikan sebagai cabang logika yang merumuskan
dan menganalisis prinsip-prinsip yang tercakup dalam menarik kesimpulan logis
untuk membuat konsep.
2. KEGUNAAN METODE
PEMAHAMAN AJARAN ISLAM
Sejak kedatangan Islam pada abad ke-13 M hingga saat ini,
fenomena amat variatif . Kondisi ini terjadi diberbagai negara termasuk Indonesia.
Walau keadaan amat variatif , namun tidak keluar dari yang terkandung dalam
alqur’an dan sunnah serta sejalan dengan data-data historis yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Pada tahap berikutnya, yang menjadi primadona masyarakat
Islam adalah ilmu teologi (kalam) sehingga setiap masalah yang dihadapi selalu
dilihat dari paradigma teologi. Lebih dari itu tologi yang dipelajarinya hanya
berpuast pada paham Asy’ari dan Sunni. Paham lain dianggap sesat, akibatnya
tidak terjadi dialog, keterbukaan, dan saling mengahargai.
Pada tahap selanjutnya, muncul paham keIslaman bercorak
tasawuf yang mengambil bentuk tarikat terkesan kurang menampilkan pola
hidup yang seimbang antara urusan dunia dan urusan ukhrawi. Dalam
tasawuf kehidupan dunia terkesan diabaikan. Umat terlalu mementingkan
akhirat, urusan dunia menjadi terbengkalai. Akibatnya keadaan umat mundur dalam
bidang keduniaan, materi dan fasilitas. Dari contoh pemahaman keIslaman di atas
diperoleh kesan bahwa hingga saat ini pemahaman Islam yang terjadi di masyarakat
masih bercorak parsial, belum utuh dan belum komprehensif. Sekalipun dijumpai
adanya pemahaman Islam yang sudah utuh baru diserap sebagian sarjana yang
membaca karya modern dengan sikap terbuka.
Proses pengajaran Islam hingga saat ini belumtersusun secara
sistematis dan belum disampaikan menurut prinsip , pendekatan dan metode yang
direncanakan dengan baik. Namun untuk kepentingan akademis,membuat slam lebih
responsif dan fungsional dalam memandu perjalanan umat Islam diperlukan metode
yang dapat menghasilkan pemahaman Islam yang utuh dan komprehensif.
Pada abad pertengahan, Eropa dalam keadaan stagnasi dan masa
bodoh dalam waktu seribu tahun. Tetapi stagnasi dan masabodoh tersebut kemudian
menjadi kebangkitan revolusioneryang multifaset dalam bidang sains, seni, dan
kehidupan sosial. Revolusi yang mendadak dalam pemikiran manusia ini
menghasilkan peradaban kebudayaan. Kita harus bertanya kepada diri kita mengapa
orang mandeg sampai seribu tahun, dan apa yang terjadi pada dirinya yang
menyebabkan perubahan mendadak, ia bangkit dan bangun, sehingga dalam waktu 300
tahun Eropa menemukan kebenaran-kebenaran yang tidak mereka peroleh dalam
seluruh waktu seribu tahun.
Ali syari’ati (1933-1977), seorang sarjana Iran yang
meninggal di rantau yaitu di Inggris menyatakan bahwa faktor utama yang
menyebabkan kemandegan dan stagnasi dalam pemikiran , perdaban dan kebudayaan
yang berlangsung hingga seribu tahun di Eropa pada abad pertengahan adalah
metode pemikiran analogi dari Aristoteles. Di kala cara melihat masalah objek
itu berubah, dan sebagai akibatnyakehidupan manusia juga berubah. Dengan
demikian kita dapat mengetahui dan memahami tentang pentingnya metodologi
sebagi faktor fundamental dalam renaisans.
Begitu pentingnya peranan metode pemahaman ajaran Islam
dalam kemajuan dan kemunduran pertumbuhan ilmu. Mukti ali mengatakan bahwa yang
menentukan dan membawa stagnasi adalah metode yang digunakan. Sebagai contoh
pada abad ke 14-16 M, Aritoteles lebih jenius bila Francis Bacon. Namun mengapa
justru bacon menjadi orang yang kejeniusannya lebih rendah dibanding
dengan Aristoteles. Ali Mukti menjawab bahwa karena orang yang yang biasa-biasa
saja seperti Bacon dapat menemukan metode berpikir yang benar dan utuh.
Hal demikian tidak untuk merendahkan orang-orang jenius.
Akan tetapi, kejeniusan saja tidak cukup , namun harus dilengkapi dengan
ketepatan dalam memilih metode yang digunakan untuk kerjanya dalam
bidang ilmu pengetahuan. Pada dasarnya metode digunakan untuk mencapai
tujuan dalam mencari kebenaran ilmu dan menggali kebenaran ilmu pengetahuan.
3. METODE MEMAHAMI ISLAM
Memahami berasal dari kata paham yang artinya mengerti,
memaklumi dan mengetahui sesuatu hal yang sedang diamati, didengarkan,
dikerjakan ataupun sesuatu hal yang sedang terjadi.
Metode dalam memahami Islam harus dilihat dari berbagai
dimensi. Dalam hubungan ini, jika kita meninjau Islam dari satu sudut pandang
saja, maka yang akan terlihat hanya satu dimensi saja dari gejalanya yang
bersegi banyak. Mungkin kita berhasil melihatnya secara tepat, namun tidak
cukup bila kita ingin memahaminya secara keseluruhan. Buktinya ialah Alqur’an
sendiri. Kitab ini memiliki banyak dimensi, sebagiannya telah dipelajari oleh
sarjana-sarjana besar sepanjang sejarah. Satu dimensi, misalnya, mengandung
aspek-aspek linguistik dan sastra Alqur’an. Para sarjana sastra telah
mempelajarinya secara terperinci. Dimensi lain terdiri atas tema-tema filosofis
dan keimanan Alqur’an yang menjadi bahn pemikiran bagi para filosof serta para
teolog.
Ali Syari’ati lebih lanjut mengatakan, ada berbagai cara
memahami Islam. Salah satu cara adalah dengan mengenal Allah dan
membandingkan-Nya dengan sesembahan agama-agama lain. Cara lainnya adalah
dengan mempelajari kitab Alqur’an dan membandingkannya dengan kitab-kitab
samawi lainnya. Tetapi ada lagi cara lain, yaitu dengan mempelajari kepribadian
rasul Islam dan membandingkannya dengan tokoh-tokoh besar pembaharuan yang
pernah hidup dalam sejarah. Akhirnya, ada satu cara lagi, ialah dengan
mempelajari tokoh-tokoh Islam terkemuka dan membandingkannya dengan tokoh-tokoh
utama agama maupun alairan-aliran pemikiran lain. Seluruh cara yang ditawarkan
Ali Syari’ati itu pada intinya adalah metode perbandingan (komparasi). Dapat
dimaklumi, bahwa melalui perbandingan dapat diketahui kelebihan dan
kekuranganyang terdapat diantara berbagai yang dibandingkan itu. Namun,
sebagaimana diketahui bahwa secara akademis suatu perbandingan memerlukan
persyaratan tertentu. Perbandingan menghendaki objektivitas, tidak ada
pemihakan, tidak ada pra konsepsi dan semacamnya. Pendekatan komparasi dalam
memahami agama baru akan efektif apabila dilakukan oleh orang yang bru mau
beragama.
Metode lain untuk memahami Islam yang diajukan Mukti Ali
adalah metode tipologi. Metode ini oleh banyak ahli sosiologi dianggap objektif
berisi klasifikasi topik dan tema sesuai dengan tipenya, lalu dibandingkan
dengan topic dan tema yang mempunyai tipe yang sama. Dalam hal agama Islam,
juga agama-agama lain, yaitu:
1) Aspek ketuhanan
2) Aspek kenabian
3) Aspek kitab suci
4) Aspek keadaan waktu munculnya nabi, orang-orang yang
di dakwahinya, dan individu-individu terpilih yang dihasilkan oleh agama itu.
Selain menggunakan pendekatan komparasi, Ali Syari’ati juga
menawarkan cara memahami Islam melalui pendekatan aliran. Dalam hubungan ini,
ia mengatakan bahwa tugas intelektual hari ini ialah mempelajari dan memahami
Islam sebagai aliran pemikiran yang membangkitkan kehidupan manusia,
perseorangan, maupun masyarakat, dan bahwa sebagai intelektual dia memikul
amanah demi masa depan umat manusia yang lebih baik. Dia harus menyadari tugas
ini sebagai tugas pribadi dan apa pun bidng studinya dia harus senantiasa
menumbuhkan pemahaman yang segar tentang Islam dan tentang tokoh-tokoh
besarnya, sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Selanjutnya, terdapat pula metode memahami Islam yang
dikemukakan oleh Nasruddin Razzak. Ia mengajarkan metode pemahaman Islam secara
menyeluruh. Cara tersebut digunakan untuk memahami Islam paling besar agar
menjadi pemeluk agama yang mantap dan untuk menumbuhkan sikap saling
menghormati terhadap pemeluk agam lain. Metode tersebut juga di tempuh dalam
rangka menghindari kesalahfahaman yang menimbulkan sikap dan pola hidup
beragama yang salah.
Untuk memahami Islam secara benar, terdapat empat cara yang
tepat menurut Nasruddin Razzak, yaitu sebagai berikut:
1. Islam harus dipelajari dari sumbernya yang asli,
yaitu Alqur’an dan sunnah Rasul.
2. Islam harus dipelajari secara integral atau secara
keseluruhan.
3. Islam perlu dipelajari dari kepustakaan yang ditulis
oleh para ulama besar, kaum zu’ama, dan sarjana Islam.
4. Islam hendaknya dipelajari dari ketentuan normatif
teologis dalam Alqur’an kemudian dihubungkan dengan kenyataan historis, empiris
dan sosologis.
Dari beberapa metode tersebut terdapat dua metode dalam memahami
Islam secara garis besar, yaitu:
1. Metode komparasi, yaitu metode memahami Islam dengan
membandingkan seluruh aspek Islam dengan agama lainnya agar tercapai pemahaman
Islam yang objektif dan utuh. Dalam komparasi tersebut terlihat jelas bahwa
islam sangat berbeda dengan agama-agama lain. Intinya Islam mengajarkan
kesederhanaan dalam kehidupan dan dalam berbagai bidang.
2. Metode sintesis, yaitu metode memahami Islam dengan
memadukan metode ilmiah dengan metode logis normatif.
4. METODOLOGI STUDI
KEISLAMAN
Studi islam, yaitu ajaran-ajaran yang berhubungan dengan
islam. Studi islam sangat berperan dan berfungsi dalam masyarakat. Studi islam
bertujuan untuk mengubah pemahaman dan penghayatan keislaman masyarakat inter
dan antar agama. Adapun perubahan yang diharapkan adalah formalisme kepahaman
menjadi substantive keagamaan dan sikap enklusivisme menjadi sikap
universalisme.
Metode studi ilmu keislaman diharapkan dapat melahirkan
suatu komunitas yang mampu melakukan perbaikan intern dan ekstern. Secara
intern, komunitas itu diharapkan dapat mempertemukan dan mencari jalan keluar
dari konflik intra agama islam. Secara ekstern, studi islam diharapkan dapat
melahirkan suatu masyarakat yang siap hidup toleran dalam pluralitas agama.
Pada segi normative, studi islam bersifat memihak, romantis, apologis, dan,
subjektif. Jika dilihat dari segi histori, islam tampak sebagai disiplin ilmu.
Perbedaan dalam melihat islam yang demikian itu dapat
menimbulkan perbedaan dalam menjelaskan islam itu sendiri. Jika islam dilihat
dari sudut normative, islam merupakan agama yang di dalamnya berisi ajaran
Tuhan yang berkaitan dengan urusan akidah dan muamalah. Sedangkan ketika
dilihat dari sudut histori atau sebagaimana yang tampak dalam masyarakat, islam
lebih tampil sebagai sebuah disiplin ilmu (Islamic Studies).
Selanjutnya, ada pula yang disebut Sains Islam.
Menurut Hussein Nasr, sains islam adalah sains yang dikembangkan oleh kaum
muslimin sejak abad islam kedua, yang keadaannya sudah tentu merupakan salah
satu pencapaian besar dalam peradaban Islam. Sains Islam mencakup berbagai
pengetahuan modern seperti kedokteran, astronomi, matematika, fisika, dan
sebagainya yang dibangun di atas arahan nilai-nilai Islami.
Dari ketiga kategori ilmu keislaman tersebut, maka muncullah
apa yang dikenal dengan MI, MTs, MA, dan Institut Agama Islam yang di dalamnya
diajarkan studi islam yang meliputi Tafsir, Hadits, Teologi, Filsafat, Tasawuf,
Hukum Islam, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Pendidikan Islam. Kemudian muncul
pula Universitas Islam yang di dalamnya diajarkan berbagai ilmu pengetahuan
modern yang bernuansa Islam (Sains Islam).
5. METODE PEMAHAMAN
AJARAN
Masyarakat indonesia yang pluralistik dalam bidang agamanya
sangat menunggu-nunggu hasil kajian-kajian keilmuan dan penelitian-penelitian
dalam bidang agama serta pemikiran-pemikiran keagamaan yang bersifat
positif-konstruktif untuk menopang keterlibtan bersama seluruh pengikut
agama-agama di tanah air dalam membina dan memupuk Kerukunan hidup antar umat
beragama.
Seiring dengan pemekaran wilayah pemahaman dan penghayatan
keagaman, yang diantara lain disebabkan oleh transparanya sekat-sekat budaya
sebagai akibat luapan arus informasi dalam era IPTEK, masyarakat Indonesia pada
khususnya dan masyarakat dunia pada umumnya, membutuhkan masukan-masukan dari
kajian-kajian keagamaan yang segar yang tidak lagi selalu bersifat
“teologis-normatif”, tetapi juga menginginkan masukan-masukan dari kajian
keaagamaan yang bersifat historis-kritis.
Posisi mayoritas umat Islam di Negara kesatuan Republik
Indonesia, dalam hubungannya dengan persoalan pluralitas agama, memang sangat
unik. Pengalaman umat Islam Indonesia secara kolektif dalam hubungannya dengan
penghayatan pluralitas agama ini juga tidak dapat dihayati oleh umt Islam Turki
dengan menganut paham kenegaraan sekuler. Predikat “sekuler” disini memang
tidak mempunnyai konotasi dengan pluralitas agama seperti yang dihayati oleh
umat Islalm Indonesia. Dengan memperhatikan kondisi obyektif masyarakat
Indonesia yang begitu majemuk keberagamaannya serta politik di luar negeri,
studi agama di Indonesia terasa sangat urgen dann mendesak untuk dikembangkan.
Kerukunan umat beragama yang selama ini berjalan dan
dinikmati oleh masyarakat Indonesia memang sudah menjadi telaah, bahkan
kekaguman, bagi para pengamat luar negeri. Kerukunan umat beragama di Indonesia
telah berjalan wajar meskipun belum dilandasi dengan studi agama yang bersifat
akademik-kritis. Di Indonesia kerukunan umat beragama tidak boleh dilepaskan
dari peran kerukunan antar umat beragama, dan kerukunan antar intern umat
beragam”.
Dalam keberagamaan umat islam Indonesia ajaran-ajaran
sedikit banyak telah kehilangan nilai kearabannya. Dengan demikian, menjadikan
wajah islam Indonesia berbedadengan wajah islam di dunia manapun. Selain karena
faktor kelonggaran atau keterbukaan, beberapa faktor lain juga turut mendukung
tersebarnya islam secara luas dikalangan masyarakat di Indonesia. Menurut
sejarawan, Tasawuf merupakan faktor paling dominan dalam keberhasilan
penyebaran islam di Indonesia. pemerintah menciptakan situasi yang
kondusif untuk kerukunan hidup beragama-bandingkan dengan program pemerintah.
Departemen agama, untuk menggalang dan membina tiga kerukunan: “kerukunan umat
beragama dengan pemerintah,
A. MODEL PENELITIAN TAFSIR
1. Pengertian Tafsir
Tafsir berasal dari Bahasa arab yaitu fassara, yufassiru,
tafsiran yang berarti penjelasan, pemahaman perincian.
Menurut Al jurjanji, tafsir ialah menjelaskan makna ayat
ayat Al quran dai berbagai eginya baik konteks hisorisna maupun asbabun
nuzulnya dengan menggunakan ungkapan atau keterangan yang dapat menunjuk kepada
makna yang dikehendaki secara terang dan jelas.
Tiga ciri utama tafsir :
1. Objek pembahasannya adalah al quran.
2. Tujuannya untuk menjelaskan, menerangkan
, menyingkap kandungan al quran
sehingga tedapat hukum,
ketetapan dan ajaran.
3. Sifat dan kedudukannya adalah hasil
penalaran kajian dan ijtihad para mufassir.
2. Latar belakang penelitian
tafsir
Pada zaman Rosululloh SAW, penjelasan al quran todak semua
dijelaskan. Sehingga keika beliau wwafat , para sohabat yang mempunyai
kemampuan mulai berijtihad. Namun, ijtihad mereka masih terikat dan terbatas
dengan kaidah bahasa serta arti yang terkandung dalam kosakata. Karena
perkembangan zaman, maka akal pun mulai berperan dalam penelitian tesebut.
3. Model penelitian tafsir
Kegiatan ini terbagi 2 :
1. Kegiatan
penelitian di sekitar produk – produk penafsiran yang dilakukan generasi dulu.
2. Kegiatan
penafsiran quran itu sendiri.
Adapun kegiatan penelitian quraish shihab :
Model penelitiannya menggali produk tafsir yang dilakukan
ulama tasir terdahulu. Penelitiannya meliputi:
a. Periodesasi
pertumbuhan dan perkembangan tafsir.
1. Periode 1:
Masa Rosululloh SAW, sohabat dan tabi’in, tafsir tersebar secara lisan.
2. Periode 2:
Masa Umar bin abdul aziz (99-101 H) tafsir diulis bergabung dengan hadits.
3. Periode 3:
masa al farra, diadakn penyusunan kitab tafsir .
b. Corak
penelitian
1. Corak
sastra bahasa
2. Corak
filsafat
3. Corak
penafsiran ilmiah
4. Corak
fikih atau hukum
5. Corak
tasawuf
6. Corak
sastra budaya kemasyarakatan (syaikh Muhammad abduh 1849-1905)
Macam macam metode penelitian al quran
1. Corak ma’tsur ( riwayat)
Keistimewaan:
a. Menenekankan
pentingnya bahasa dalam memahami al quran
b. Memapakan
ketelitian redaksi ayat ketika manyampaikan pesan pesannya
c. Mengikat
mufassir dalam teks ayat
Kelemahannya :
a. Pokok
al quran menjadi kabur karena bertele tele
b. Asbabunuzu
terabaikan.
2. Metode penalaran
a. Metode
tahlily : menjelaskan kandungan al quran dengan memperhatikan
runtutan ayat yang
tercantum dalam mushaf.
b. Metode
ijmaly : menafsirkan ayat secara global
c. Metode
muqorin : membandingkan ayat al quran yang saudengan yang lainnya.
d. Metode
maudlu’iy ; menghimpun ayat al quran dari berbagai sura yan berkaitan dengan
persoalan atau topic yang ditetapkan sebelumnya.
B. MODEL PENELITIAN HADITS
1. Pengertian hadits
Berasal dai bahasa arab hadatsa, yahdutsu, haditsan, yang
berarti baru.
Adapun pengertian hadits menurut ulama ahli khadits yaitu :
ucapan, perbuatan dan keadaan Rosululloh Muhammad SAW.
2. Model Penelitian
Hadits menurut Quraish Shihab
Dimana beliau meneliti dua sisi dari keberadaan hadits yaitu
1. Mengetahui fungsi hadits terhadap Alqur’an
Dimana pendapat beliau adalah bahwa rosululloh menjelaskan
maksud dan tujuan firman Alloh SWT yang termuat dalam AlQur’an.
2. posisi sunah
adapun posisi sunah adalah sama halnya AlQur’an yaitu
sebagai sumber ajaran islam.
C. MODEL PENELITIAN FILSAFAT ISLAM
Di dalam Islam, Filsafat menimbulkan pro dan kontra.
Namun kebanyakan dari mereka adalah yang kontra, karena mereka berpendapat
bahwa filsafat dianggap melemahkan keimanan seseorang.
1. Pengertian Filsafat Islam
Filsafat berasal dari bahasa yunani “Philo” yang berarti
Cinta dan “Sophos” yang berarti Ilmu/Hikmah sedangkan “islam” adalah selamat.
Maka Musa as’ari menyimpulkan bahwa Filsafat Islam adalah
Kegiatan pemikiran yang bercocok islam.
2. Model Penelitian Filsafat Islam
M. Amin Abdulloh dalam bukunya The Idea Of UniverSality
Ethical Norm In Ghozali And Kaut menafsirkan bahwa metode penelitian bercocok
deskriftif yaitu penelitian mengambil bahan kajian pada berbagai sumberbaik
dari sumber frimer maupun skunder untuk kemudian dilakukan penelitian tentang
keotentikannya secara saksama, dan akhirnya di klasivikasikan menurut
variabelnya, dibandingkan, dan diuraikan menurut logika, dianalisis kemudian
disimpulkan.
Adapun pendekatan yang terjadi antara pemikiran kedua tokoh(
Al-Ghozali dan Immanuel khan) yaitu terletak pada bidang etika yang terbentuk
setelah melakukan penelitian ini. Kritikan yang terlontar dari M. Amin Abdulloh
adalah pada sisi sejarahnya bukan materinya filsafatnya.
D. MODEL PENELITIAN ILMU KALAM
Pengertian Ilmu Kalam
Menurut Al-Hanafi ilmu kalam adalah ilmu yang berisi alas
an-alasan yang mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman dengan menggunakan
dalil-dalil fikiran atau berisi bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng
dari kepercayaan aliran golongan salaf dan ahli sunah.
Model Penelitian Ilmu Kalam
Penelitian ini dilakukan secara bertahap dan tahapannya adalah
sebagai berikut :
1. Penelitian Pemula
Membangun ilmu kalam menjadi salah satu disiplin ilmu.
Dalam hal ini Al Imam Abil-Hasan berpendapat yang dituangkan
dalam bukunya yang berjudul Maqolat Al-Islamiyah Wa Ikhtilaf Al-Mushollin,
tidak lepas dari 3 pembahasan yaitu :
a. Permulaan timbul perbedaan
pendapat dari zaman Usman bin Afan
b. Pembahasan aliran-aliran induk
c. Perbedaan pendapat di sekitar
penanggung arasy, kehendak tuhan, keadilan tuhan, hakikat manusia dll.
2. Penelitian lanjutan
Dimana didalam penelitian lanjutan ini adalah
mendeskripsikan ilmu kalam dari rujukan penelitian pemula.
Maka sebuah buku yang berjudul Tarikh Al-Mazahib
Al-Islamiyyah Fi Al-Syiadah wa Al-‘aqoid yang di karang oleh Abu Zahrah
menyatakan tentang adanya tiga hal yang harus di bahas, yaitu :
a. Pangkal pertentangan berbagai
aliran
b. Aliran mazhab syi’ah
c. Aliran khowariz, jabariyah,
qodariyah, mu’tazilah, dan asy’ariyah beserta pandangan teologinya.
E. MODEL PENELITIAN TASAWUF
Pengertian Tasawuf
Dari segi kebahasaan, Harun Nasution mengemukakan lima
istilah yang berhubungan dengan tasawuf yaitu Al-suffah ( abdul alssufah )
yaitu oaring yang ikut pindah dengan Nabi dari Mekah ke Madinah
1. Shaf yaitu barisan yang dijumpai
dalam solat berjamaah
2. Sufi yaitu bersih dan suci
3. Shofhous ( bahasa yunani yang
berarti hikmah )
4. Suf yang berarti kain woll
kasar
Dengan demikian tasawuf menggambarkan sebuah keadaan yang
berorientasi kepada kesucian.
Adapun pengertian menurut istilah yaitu upaya melatih jiwa
dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan manusia dari kehidupan
duniawi, dan selalu dekat dengan Alloh sehingga jiwa yang suci memancarkan
ahlak yang mulia.
Model Penelitian Tasawuf
Harun Nasution berpendapat dalam bukunya yang berjudul
falsafah dan mistisisme dalam islam: penelitian yang dilaksanakan Harun
Nasution dalam bidang taswuf ini mengambil pendekatan tematik yakni penyajian
ajaran tasawuf dalam tema jalan untuk dekat kepada tuhan, zuhud, al-mahabbah,
al-marifah, al-fana, al-baqo, al-ittibab, al-gulul dan wahdat al wujd. Selain
itu harun Nasution mencoba mengemukakan latarbelakang sejarah timbulnya faham
tasawuf terhadap islam.
F. MODEL PENELITIAN FIQIH
Fiqih atau hukum islam merupakan salah satu study islam yang
paling dikenal oleh masyarakat yaitu ilmu yang wajib dipelajari karena dengan
ilmu itu seseorang mampu mengetahui tatacara beribadah kepada Alloh.
Pengertian fiqih
Fikih adalah ilmu yang berkaitan dengan amal manusia yang
diambil dari naska Alqur’an dan Assunah adapun yang dimaksud dengan perbuatan
manusia adalah segala perbuatan manusia yang berhubungan dengan beribadah,
muamalah, kepidanaan dsb. bukan berhubungan dengan kepercayaan
Model penelitian hukum islam
Sebagai guru besar teologhi dan filsafat islam Harun
Nasution juga memiliki perhatian terhadap rukun islam. Dan itui jelas terlihat
ketika beliau berpendat dalam bukunya yang berjudul islam ditinjau dari
berbagai aspeknya: yang didalammnya terdapat perkembangan hukum islam yang
terbagi kedalam 4 priodde
a. Priode Nabi Muhammad saw
b. Priode Shohabat
c. Priode Ijtihad
d. Priode Taqlid serta kemunduran islam
Jika sumberhukum islam dari ke 4 aspek diatas disatukan maka
sumberhukum islam itu meliputi Al-Qur’an, Al-HAdits, pendapat para Shoabat,
Qias, Istihsan, Maslahat, Mursalah dan Syariat sebelum islam.
G. METODE PENELITIAN POLITIK
Masalah polotik salah satu bidang studi yang menarik
masyarakat pada umumnya hal ini di sebabkan karena pengaruh politik terhadap
kehidupan masyarakat sangat menonjol. Masyaraklat yang tertib, aman, damai,
sehat lahir batin, tidak dapat terlepas dari system politik.
Pengertian politik
Dalam kamus umum bahasa Indonesia politik diartikan sebagai
pengetahuan mengenai catatan kenegaraan tentang ketatanegaraan atau kenegaraan
seperti tatacara pemerintah, dasardasarmerintah dan sebagainya..
Selanjutnya sebagai suatu system, politik adalah suatu
konsepsi yangberisi tentang ketentuan siapa sumber kekuasaan Negara, siapa
pelaksana kekuasaan tersebut, apa dasarnya, dan bagaimana cara menentukan
kepada siapa kewenangan itu diberikan.
Dalam bahasa Arab politik diwakili dengan kata Assiasath dan
daulah yang berarti siasat atau system.
Model penelitian politik
Menurut alfian, permasalahan politik dapat dikaji melalui
bernagai macam pendekatan antaralain
a. Dari sudut kekuasaan
b. Struktur politik
c. Partisipasi politik
d. Komunitasi politik
e. Konstitusi
f. Pendekataan dan sosialisasi
politik
g. Pemikiran politik
h. Kebudayaan politik
Menurut M. Syafii MA’arif dalam bukunya yang berjudul islam
dan masalh kenegaraan menyimpulkan 3 hipotesis yang mesti dilacak lebih jauh
yaitu:
1. Islam di Indonesia
2. Usaha untuk mengubah Indonesia
untuk menjadi Negara islam
3. Prospek Islam di Indonesia
H. MODEL PENELITIAN PENDIDIKAN ISLAM
Pendidikan islam merupakan study islam yang mendapat banyak
perhatian dari para ilmuan, karena dianggap sangat strategis untuk menngkatkan
sumberdaya manusia
Pengertian pendidikan islam
Dari segi bahasa pendidikan diartikan perbuatan mendidik dan
berarti pula pengetahuan tentang mendidik atau pemeliharaan bada bathin dan
sebagainya.
Dalam bahasa arab umunya dugunakan kata tarbiyah menurut
Muhammad Alnakwib tarbiyah biasa diartikan telah dibuat oleh orang orang yang
mengaitkan dirinya dengan pemikiran modern istilah tersebut dimaksudkan untuk
mengungkapkan makana pendidikan tanpa memperhatikan sifatnya.
Aspek – aspek pendidikan islam
Pendidikan islam mempunyai aspek yang dapat dilihat dari :
1. Cakupan materi pendidikannya
2. Pilsafatnya
3. Sejarahnya
4. Kelembagaanya
5. Sistemnya
6. Segi kedudukan sebagai sebuah ilmu
Model penelitian pendidikan islam
Dilihat dari segi objek kajiannya dapat dibagi kedalam 3
bagian
1. Ada
pengetahuan ilmu yaitu pengetahuan hal hal yang entries yang dapat dilakukan
dengan cara penelitian ilmiah dan teori yang bersifat logis
( secience )
2. Pengetahuan
filsafat yaitu pengetahuan tentang objek objek abstrak logis diperoleh dengan
berfikir dan teori yang bersifat logis non empiris
3. Pengetahuan
mistik yaitu pengetahuan yang objeknya bersifat tidak empiris dan tidak logiis
objek pengetahuan ini bersifat abstrak yang dapat diperoleh dengan cara
merasakan pengetahuan bathin tasawuf dengan latihan atau cara lain
Pengetahuan
|
:Objek
|
:Metode
|
:Ukuran
|
Sains (ilmu)
|
:Empiris
|
:Ilmiah
|
:Logis-empiris
|
Filsafat
|
:Abstrak-logis
|
:Logika
|
:Logis
|
Mistik
|
:Abstrak-Supra logis
|
:Supra rasional
|
:Yakin, kadang- kadang empiris
|
Berdasarkan matrik tersebut, maka pengetahuan (ilmu)
pendidikan Islam terdiri dari pengetahuan pengetahuan filsafat pendidikan,
tasawuf (mistik) pendidikan dan ilmu pendidikan. Filsafat dan tasawuf terkadang
disebut ilmu, padahal secara akademis keduanya itu bukan ilmu tetapi
pengetahuan karena yang disebut ilmu harus bersifat empiris dan memiliki
cirri-ciri ilmiah. Dengan demikian jika disebutkan Ilmu Pendidikan Islam,
cakupannya ialah masalah-masalah yang berada dalam dataran ilmu(sains), yaitu
objek-objek yang logis dan empiris tentang pendidikan.
I. MODEL PENELITIAN
SEJARAH ISLAM
Sejarah Islma meruapakan salah satu bidang studi Islam yang
banyak menarik perhatian para penelitia baik dari kalangan sarjana muslim
maupun non muslim, karen abanyak manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian tersebut.
Bagi umat Islam, mempelajari sejarah Islam selain akan memberikan kebanggaan
juga sekaligus peringatas agar berhati-hati. Dengan mengetahui bahwa umat islam
dalam sejarah pernah mengalami kemajuan dalam segala bidang selama
beratus-ratus tahun misalnya, akan memberikan rasa bangga dan percaya diri
menjadi orang muslim. Demikian pula dengan mengetahui bahwa umat Islam juga
mengalami kemunduran, penjajahan dan keterbelakangan, akan menyadarkan umat
Islam untuk memperbaiki keadaan dirinya dan tampil untuk berjuang mencapai
kemajuan.
Sementara itu, bagi para peneliti Barat, mempelajari sejarah
Islam selain diajukan untuk pengembangan ilmu, juga terkadang dimaksudkan untuk
mencari-cari kelemahan dan kekurangan umat Islam agar dapat dijajah dan
sebagainya sebagainya. Disadari atau tidak, selama ini informasi mengenai
sejarah Islam banyak berasal dari hasil penelitian para sarjana Barat. Hal ini
terjadi, karena selain masyarakat Barat memiliki etos kemauan yang tinggi juga
didukung oleh dana dan kemauan politik yang kuat dari para pemimpinnya.
Sementara .dari kalangan para peneliti Muslim tampak di samping etos
keilmuannya rendah, juga belum didukung oleh keahlian di bidang penelitian yang
memadai serta dana dan dukungan politik dari pemeintah yang kondusif.
Hasil penelitian tersebut nampaknya berguna sebagai
informasi awal untuk melakukan penelitian sejarah yang mengambil pendekadan
kawasan. Penelitian tersebut dapat dikategorikan sebagai penelitian literatur
yang didukung oleh survei, dan dianalisis dengan pendekatan sejarah dan
perbandingan
Sosiologi merupakan sebuah istilah yang berasal dari kata
latin, socius yang artinya teman, dan logos dari kata
yunani yang berarti cerita, diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang
berjudul “Cours De Philoshophie Positive” karangan August
Comte (1798-1857). Sosiologi muncul sejak ratusan, bahkan ribuan tahun
yang lalu. Namun sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat baru lahir
kemudian di Eropa.
J. PENELITIAN
ANTROPOLOGI DAN SOSIOLOGI AGAMA
Dewasa ini telah muncul suatu kajian agama yang menggunakan
antropologi dan sosiologi sebagai basis pendekatannya. Berbagai pendekatan
dalam memahami agama yang selama ini digunakan dipandang harus dilengkapi
dengan pendekatan antropologi dan sosiologi tersebut. Berbagai pendekatan dalam
memahami agama yang ada selama ini antara lain pendekatan teologis, normatif,
filosofis, dan historis.
Melalui pendekatan antropologi sosok agama yang berada pada
dataran empirik akan dapat dilihat serat-seratnya dan latar belakang mengapa
ajaran agama tersebut muncul dan dirumuskan. Antropologi berupaya melihat
antara hubungan agama dengan berbagai pranata sosial yang terjadi di
masyarakat. Penelitian hubungan antara agama dan ekonomi melahirkan
beberapa teori yang cukup menggugah minat para peneliti agama. Dalam
berbagai penelitian antropologi agama dapat ditemukan adanya hubungan yang
positif antara kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi dan politik. Menurut
kesimpulan penelitian antropologi, golongan masyarakat kurang mampu dan golongan
miskin lain pada umumnya lebih tertarik kepada gerakan keagamaan yang
bersifat mesianis, yang menjanjikan perubahan tatanan sosial kemasyarakatan.
Sedangkan golongan kaya lebih cenderung untuk mempertahankan tatanan masyarakat
yang sudah mapan secara ekonomi lantaran tatanan tersebut menguntungkan
pihaknya.
Uraian di atas memperlihatkan bahwa pendekatan antropologi,
dengan jelas dapat mendukung menjelaskan bagaimana suatu fenomena agama itu
terjadi.
Dengan menggunakan pendekatan dan perspektif antropologi
tersebut di atas dapat diketahui bahwa doktrin-doktrin dan fenomena-fenomena
keagamaan ternyata tidak berdiri sendiri dan tidak pernah terlepas dari
jaringan institusi atau kelembagaan sosial kemasyarakatan yang mendukung
keberadaannya. Inilah makna dari penelitian antropologi dalam memahami
gejala-gejala keagamaan.
Selanjutnya, kita lihat mengenai makna pendekatan sosiologi
dalam memahami agama. Diketahui bahwa sosiologi merupakan ilmu yang membahas
sesuatu yang telah teratur dan terjadi secara berulang dalam masyarakat. Dalam
tinjauan sosiologi masyarakat dilihat sebagai suatu kesatuan yang didasarkan
pada ikatan-ikatan yang sudah teratur dan boleh dikatakan stabil.
Sehubungan dengan ini, dengan sendirinya masyarakat
merupakan kesatuan yang dalam bingkai strukturnya (proses sosial) diselidiki
oleh sosiologi.
Dalam pandangan kaum sosiolog, agama lebih lanjut dibuktikan
memiliki fungsi yang amat penting. Dalam hubungan ini, paling kurang ada enam
fungsi agama bagi kehidupan masyarakat.
Pertama, agama dapat memenuhi kebutuhan –kebutuhan tertentu
dari manusia yang tidak dapat dipenuhi oleh lainnya. Seorang Sarjana Ekonomi
Amerika pernah menulis buku dengan judul yang amat provokatif,
yaitu Janji-janji untuk kehidupan manusia. Menurutnya, janji-janji itu adalah
kredit. Fakta menunjukkan bahwa sirkulasi sumber kehidupan dari suatu sistem
ekonomi tergantung dari apakah manusia satu sama lain dapat saling menaruh
kepercayaan bahwa mereka akan memenuhi kewajiban-kewajiban bersama dibidang
keuangan. Keharusan orang-orang menepati janji-janji tersebut diperintahkan
dalam ajaran agama.
Kedua, agama dapat berperan memaksa orang untuk menepati
janji-janjinya. Diketahui bahwa beberapa jenis persetujuan bersama atau
consensus mengenai kewajiban-kewajiban yang sangat penting ini, begitu juga
mengenai adanya kekuatan yang memaksa orang-orang dan pihak-pihak yang
bersangkutan untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban tersebut, minimal
diperlukan untuk mempertahankan ketertiban masyarakat.
Ketiga, bahwa agama dapat membantu mendorong terciptanya
persetujuan mengenai sifat dan isi kewajiban-kewajiban sosial tersebut dengan
memberikan nilai-nilai yang berfungsi menyalurkan sikap-sikap para anggota
masyarakat dan menetapkan kewajiban-kewajiban sosial mereka. Dalam peranan ini
agama telah membantu menciptakan sistem-sistem nilai sosial yang terpadu dan
utuh.
Keempat, agama berperan membantu merumuskan nilai-nilai
luhur yang dijunjung tinggi oleh manusia dan diperlukan untuk menyatukan
pandangannya.
Kelima, agama pada umumnya menerangkan fakta-fakta bahwa
nilai-nilai yang ada hampir semua masyarakat bukan sekedar nilai yang bercampur
aduk tetapi membentuk tingkatan (hirarki). Dalam hirarki ini agama
nilai-nilai yang tertinggi. Nilai-nilai yang tertinggi, berikut implikasinya dalam
bentuk tingkah laku, memperoleh arti dalam agama.
Keenam, agama juga telah tampil sebagai yang memberikan
standar tingkah laku, yaitu berupa keharusan-keharusan yang ideal yang
membentuk nilai-nilai sosial yang selanjutnya disebut sebagai norma-norma
sosial.
K. MODEL PENELITIAN ANTROPOLOGI AGAMA
Penelitian di bidang antropologi agama antara lain dilakukan
oleh seorang antropolog bernama Clifford Geertz pada tahun 1950-an. Hasil
penelitiannya itu telah dituliskan dalam buku berjudul The Religion Of
Java. Model penelitian yang dilakukan Geertz adalah penelitian lapangan dengan
pendekatan kualitatif. Penelitian ini didasarkan pada data-data yang
dikumpulkan melalui wawancara, pengamatan, survey, dan penelitian Grounded
Research, yakni penelitian yang penelitinya terlibat dalam kehidupan masyarakat
yang ditelitinya.
Dari segi waktu yang digunakan untuk penelitian tersebut
selama tiga tahap.
Tahap pertama, antara September 1951 sampai 1952, persiapan
yang intensif dalam bahasa Indonesia (yakni melayu) dilakukan di Universitas
Havard, mula-mula di bawah Professor Isadora Dyen dan kemudian di bawah Tuan
Rufus Hendon, yang kemudian hari menjadi direktur proyek, dengan bantuan
orang-orang Indonesia. Waktu antara bulan juli sampai Oktober 1952 dipergunakan
di Negeri Belanda, mewawancarai sarjana-sarjana Belanda yang ahli tentang
Indonesia di Universitas leiden dan di Tropical Institut di Amsterdam.
Tahap kedua, dari bulan Oktober 1952 sampai Mei 1953
dipergunakan terutama di Yogyakarta, tempat ia mempelajari bahasa Jawa, dengan
mempergunakan mahasiswa-mahasiswa Universitas Gajah Mada, dan memperoleh
sejumlah pengetahuan umum mengenai kebudayaan dan kehidupan kota Jawa. Selama
masa ini, satu setengah bulan lamanya dihabiskan juga untuk mewawancarai
pemimpin-pemimpin agama dan politik di ibu kota Negara, Jakarta, sambil
mengumpulkan statistik dan menyelidiki organisasi birokrasi pmerintah pada
umumnya dan Departemen Agama pada khususnya.
Tahap ketiga, antara Mei 1953 sampai September 1954,
merupakan masa penelitian lapangan yang sesungguhnya, dan dilakukan di
Mojokuto. Ia dan istrinya sepanjang masa itu tinggal di rumah seorang buruh
kereta api di ujung kota, rumah itu sebenarnya tidak terletak di desa Mojokuto,
tetapi di desa sebelahnya, yang hanya bersifat kota di bagian tenggaranya.
Semua kegiatan, temasuk wawancara dengan para informan, ia
lakukan dengan menggunakan bahasa jawa, kecuali beberapa pelajar yang sangat
nasionalistik dan lebih senang berbahasa Indonesia (Melayu).
Selanjutnya, dari segi informan yang digunakan sebagai
sampel dalam penelitiannya itu, Geertz megatakan bahwa ia melakukan banyak
kegiatan sistematis dan lama dengan informan-informan tertentu mengenai suatu
topik , baik dirumah mereka sendiri maupun di kantor.
Sedangkan pendekatan analisisnya sebagaimana tersebut di
atas adalah dengan menggunakan kerangka teori yang terdapat dalam ilmu
antropologi. Dengan pendekatan ini, fenomena keagamaan yang terjadi di daerah
Jawa dapat di jelaskan dengan baik.
Dengan memperhatikan uraian tersebut di atas, dapat kiranya
disimpulkan bahwa model penelitian antropologi agama yang dilakukan Geertz
dapat di jadikan model atau bahan perbandingan bagi para peneliti selanjutnya.
Hal ini, karena secara metodologi dan konseptual penelitian yang dilakukan
Geertz tergolong penelitian yang lengkap dan memenuhi prosedur penelitian
lapangan yang baik.
L. MODEL PENELITIAN
SOSIOLOGI AGAMA
Penelitian sosiologi agama pada dasarnya adalah penelitian
tentang agama yang mempergunakan pendekatan ilmu sosial (sosiologi). Dalam kaitan
ini, berbagai persoalan yang terdapat dalam ilmu sosial dilihat secara seksama
dalam hubungannya dengan agama. Dalam penelitian ini dapat dilihat agama yang
terdapat pada masyarakat industri modern, agama pada lapisan masyarakat yang
berbeda-beda, agama yang dikembangkan pada kalangan penguasa, politikus, dan
lain sebagainya.
Agama yang terdapat dalam doktrin kitab suci
merupakan Das Sollen, sesuatu yang harusnya terjadi. Sedangkan agama yang
terdapat dalam kenyataan adalah Das Sein, sesuatu yang tampak terjadi di
lapangan. Antara agama yang terdapat pada dataran Das Sein dengan
yang terdapat pada Das Sollen bisa saja terjadi kesenjangan. Inilah
yang selanjutnya yang dianggap sebagai problema yang harus didekati dengan
melakukan berbagai kegiatan pembaharuan melalui jalur pendidikan, dakwah,
pembinaan, dan sebagainya.
Mengenai metodologi penelitian sosiologi agama lengkap
dengan perangkatnya pada dasarnya sama dengan langkah-langkah dalam penelitian
antropologi agama.hal ini tidak mengherankan karena antropologi sering
dikelompokkan sebagai salah satu cabang dari sosiologi.
Suatu hal yang perlu dicatat, bahwa suatu hasil penelitian
bidang sosiologi agama bisa saja berbeda dengan agama yang terdapat dalam
doktrin kitab suci. Sosiologi agama bukan mengkaji benar atau salahnya suatu
ajaran agama, tetapi yang dikaji adalah bagaimana agama tersebut dihayati dan
diamalkan oleh pemeluknya. Dalam kaitan ini, dapat terjadi apa yang ada dalam
doktrin kitab suci berbeda dengan apa yang ada dalam kenyataan empirik. Para
sosiolog membuat kesimpulan tentang agama dari apa yang terdapat dalam
masyarakat. Jika suatu pemeluk agama terbelakang dalam bidang ilmu pengetahuan,
ekonomi, kesehatan, kebersihan, dan lain sebagainya, kaum sosiolog terkadang
menyimpulkn bahwa agama dimaksud merupakan agama untuk orang-orang yang
terbelakang. Kesimpulan ini mungkin akan mengagetkan kaum tekstual yang melihat
agama sebagaimana yang terdapat dalam kitab suci yang memang diakui ideal.
BAB IV KESIMPULAN
Metode adalah ilmu yang memberi pengajaran tentang sistem
dan langkah yang harus ditempuh dalam mencapai suatu penyelidikan keilmuan.
Dengan metode yang tepat mempermudah tujuan pencapaian kelogisan penelitian dan
kebenarannya. Ada dua metode dalam memahami Islam yaitu metode komparasi dan metode
sintesis (metode memahami Islam dengan memadukan metode ilmiah dengan metode
teologis normatif).
Dalam memahami Islam secara komperehensif dengan berpedomen
kepada semangat dan isi ajaran al-qur’an yang diketahui banyak aspek. Berbagai
metode dapat dipakai untuk memahami ajaran islam. Membandingkan Allah dengan
sesembahan non muslim, membandingkan dengan kitab-kitab lain, membandingkan
kepribadian Rasul SAW dengan tokoh-tokoh agama lain.
BAB V PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami tulis. Kami sadar
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan dari pembaca yang budiman, demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan memberikan manfaat bagi pembaca dan
pembuatnya. Pada akhirnya selamat membaca, memahami dan mampu mengamalkannya.
Amin.
DAFTAR FUSTAKA
[1] Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, 2006,
Jakarta: Amzah, Hlm. 147
[2] Abuddin Nata, Metodologi Studi
Islam, 2009, Jakarta: Rajawali Pers,, hlm. 152-153
[3]Ibid, hlm. 149
[5] Ibid, hlm. 153-154
[6] Yatimin Abdullah, Op. cit., hlm. 150
[7] Abuddin Nata, Op. cit., hlm. 154
[8] Yatimin Abdullah, Op. cit., hlm. 150-151
[9] Nasution, M.A, Pengantar studi islam,
2009, Yogyakarta: ACAdeMIA + TAZZAFA, hlm. 197
[10] Abuddin Nata, Op.cit, hlm. 151
[11] Ibid., hlm. 151-152
[12] Ibid., hlm 152
[13] Amin Abdullah, Studi Agama Normativitas atau
Historisitas, 1996 , Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm. 4-8
[14] Ajid Tohir, Studi Kawasan Dunia Islam, 2009.
Jakarta: Rajawali Pers, hlm. 399
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »