HEADLINE NEWS

Metode Memahami Ajaran Agama Islam

A. PENDAHULUAN

Fenomena pemahaman ke-Islaman umat Islam masih ditandai keadaan yang variatif. Islam memepunyai banyak dimensi, yaitu mulai dari keimanan, akal, ekonomi, politik, iptek, lingkungan, perdamaian sampai kehidupan rumah tangga. Dalam memahami berbagai dimensi ajaran Islam tersebut memerlukan berbagai pendekatan yang dikaji dari berbagai ilmu. Ilmu yang benar menunjukkan jalan keimanan dan keimanan yang benar menuju ajaran Islam yang benar. Apabila pendekatan keislaman kurang komprehensif, terjadi persepsi yang tidak utuh, sehingga terjdi kondisi variatif.

Metode digunakan untuk menghasilkan pemahaman Islam yang komprehensif dan uthuh, guna memandu umat Islam dalam menghadapi dan menjawab permasalahan ajaran keislaman yang variatif. Menururt Bambang Sugiarto, tantangann yang dihadapi agama Islam sekarang ini sekurang-kurangnya ada tiga, pertama, dalam menghadapi persoalan kontemporer ditandai disorientasi nilai dan degradasi moralitas, agama ditantang untuk tampil sebagai suara moral yang autentik. Kedua, agama harus menghadapi kecenderungan pluralisme, mengolah dalam kerangka teologi baru dan mewujudkannya dalam aksi-aksi kerjasama plural. Ketiga, agama tampil sebagai pelopor perlawanan terhadap segala bentuk penindasan dan ketidakadialan.

B. RUMUSAN MASALAH

a. Pengertian
b. Kegunaan metode pemahaman ajaran Islam
c. Metode memahami ajaran agama Islam
e. model pendekatan pemahaman agama islam

C. PEMBAHASAN

1.      PENGERTIAN

Menurut bahasa (etimologi), metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta (sepanjang), hodos (jalan). Jadi, metode adalah suatu ilmu tentang cara atau lanhkah-langkah yang di tempuh dalam suatu disiplin tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Metode berarti ilmu cara menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Metode juga disebut pengajaran atau penelitian.

Menurut istilah (terminologi), metode adalah ajaran yang memberi uraian, penjelasan, dan penentuan nilai. Metode biasa digunakan dalam penyelidikan keilmuan. Hugo F. Reading mengatakan bahwa metode adalah kelogisan penelitan ilmiah, sistem tentang prosedur dan teknik riset.

Metode adalah suatu ilmu yang memberi pengajaran tentang sistem dan langkah yang harus ditempuh dalam mencapai suatu penyelidikan keilmuan. Dalam berbagai penelitian ilmiah, langkah-langkah pasti harus ditempuh agar kelogisan penelitian ilmiah benar-benar nyata dan dapat dipercaya semua masyarakat. Metode juga dapat diartikan sebagai cabang logika yang merumuskan dan menganalisis prinsip-prinsip yang tercakup dalam menarik kesimpulan logis untuk membuat konsep.

2.      KEGUNAAN METODE PEMAHAMAN AJARAN ISLAM

Sejak kedatangan Islam pada abad ke-13 M hingga saat ini, fenomena amat variatif . Kondisi ini terjadi diberbagai negara termasuk Indonesia. Walau keadaan amat variatif , namun tidak keluar dari yang terkandung dalam alqur’an dan sunnah serta sejalan dengan data-data historis yang dapat dipertanggungjawabkan.

Pada tahap berikutnya, yang menjadi primadona masyarakat Islam adalah ilmu teologi (kalam) sehingga setiap masalah yang dihadapi selalu dilihat dari paradigma teologi. Lebih dari itu tologi yang dipelajarinya hanya berpuast pada paham Asy’ari dan Sunni. Paham lain dianggap sesat, akibatnya tidak terjadi dialog, keterbukaan, dan saling mengahargai.

Pada tahap selanjutnya, muncul paham keIslaman bercorak tasawuf yang mengambil bentuk tarikat terkesan kurang menampilkan pola hidup yang seimbang antara urusan dunia dan urusan ukhrawi. Dalam tasawuf kehidupan dunia terkesan diabaikan. Umat terlalu mementingkan akhirat, urusan dunia menjadi terbengkalai. Akibatnya keadaan umat mundur dalam bidang keduniaan, materi dan fasilitas. Dari contoh pemahaman keIslaman di atas diperoleh kesan bahwa hingga saat ini pemahaman Islam yang terjadi di masyarakat masih bercorak parsial, belum utuh dan belum komprehensif. Sekalipun dijumpai adanya pemahaman Islam yang sudah utuh baru diserap sebagian sarjana yang membaca karya modern dengan sikap terbuka.

Proses pengajaran Islam hingga saat ini belumtersusun secara sistematis dan belum disampaikan menurut prinsip , pendekatan dan metode yang direncanakan dengan baik. Namun untuk kepentingan akademis,membuat slam lebih responsif dan fungsional dalam memandu perjalanan umat Islam diperlukan metode yang dapat menghasilkan pemahaman Islam yang utuh dan komprehensif.

Pada abad pertengahan, Eropa dalam keadaan stagnasi dan masa bodoh dalam waktu seribu tahun. Tetapi stagnasi dan masabodoh tersebut kemudian menjadi kebangkitan revolusioneryang multifaset dalam bidang sains, seni, dan kehidupan sosial. Revolusi yang mendadak dalam pemikiran manusia ini menghasilkan peradaban kebudayaan. Kita harus bertanya kepada diri kita mengapa orang mandeg sampai seribu tahun, dan apa yang terjadi pada dirinya yang menyebabkan perubahan mendadak, ia bangkit dan bangun, sehingga dalam waktu 300 tahun Eropa menemukan kebenaran-kebenaran yang tidak mereka peroleh dalam seluruh waktu seribu tahun.

Ali syari’ati (1933-1977), seorang sarjana Iran yang meninggal di rantau yaitu di Inggris menyatakan bahwa faktor utama yang menyebabkan kemandegan dan stagnasi dalam pemikiran , perdaban dan kebudayaan yang berlangsung hingga seribu tahun di Eropa pada abad pertengahan adalah metode pemikiran analogi dari Aristoteles. Di kala cara melihat masalah objek itu berubah, dan sebagai akibatnyakehidupan manusia juga berubah. Dengan demikian kita dapat mengetahui dan memahami tentang pentingnya metodologi sebagi faktor fundamental dalam renaisans.

Begitu pentingnya peranan metode pemahaman ajaran Islam dalam kemajuan dan kemunduran pertumbuhan ilmu. Mukti ali mengatakan bahwa yang menentukan dan membawa stagnasi adalah metode yang digunakan. Sebagai contoh pada abad ke 14-16 M, Aritoteles lebih jenius bila Francis Bacon. Namun mengapa justru bacon menjadi orang yang kejeniusannya lebih rendah dibanding dengan Aristoteles. Ali Mukti menjawab bahwa karena orang yang yang biasa-biasa saja seperti Bacon dapat menemukan metode berpikir yang benar dan utuh.

Hal demikian tidak untuk merendahkan orang-orang jenius. Akan tetapi, kejeniusan saja tidak cukup , namun harus dilengkapi dengan ketepatan dalam memilih metode yang digunakan untuk kerjanya dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada dasarnya metode digunakan untuk mencapai tujuan dalam mencari kebenaran ilmu dan menggali kebenaran ilmu pengetahuan.

3.      METODE MEMAHAMI ISLAM

Memahami berasal dari kata paham yang artinya mengerti, memaklumi dan mengetahui sesuatu hal yang sedang diamati, didengarkan, dikerjakan ataupun sesuatu hal yang sedang terjadi.

Metode dalam memahami Islam harus dilihat dari berbagai dimensi. Dalam hubungan ini, jika kita meninjau Islam dari satu sudut pandang saja, maka yang akan terlihat hanya satu dimensi saja dari gejalanya yang bersegi banyak. Mungkin kita berhasil melihatnya secara tepat, namun tidak cukup bila kita ingin memahaminya secara keseluruhan. Buktinya ialah Alqur’an sendiri. Kitab ini memiliki banyak dimensi, sebagiannya telah dipelajari oleh sarjana-sarjana besar sepanjang sejarah. Satu dimensi, misalnya, mengandung aspek-aspek linguistik dan sastra Alqur’an. Para sarjana sastra telah mempelajarinya secara terperinci. Dimensi lain terdiri atas tema-tema filosofis dan keimanan Alqur’an yang menjadi bahn pemikiran bagi para filosof serta para teolog.

Ali Syari’ati lebih lanjut mengatakan, ada berbagai cara memahami Islam. Salah satu cara adalah dengan mengenal Allah dan membandingkan-Nya dengan sesembahan agama-agama lain. Cara lainnya adalah dengan mempelajari kitab Alqur’an dan membandingkannya dengan kitab-kitab samawi lainnya. Tetapi ada lagi cara lain, yaitu dengan mempelajari kepribadian rasul Islam dan membandingkannya dengan tokoh-tokoh besar pembaharuan yang pernah hidup dalam sejarah. Akhirnya, ada satu cara lagi, ialah dengan mempelajari tokoh-tokoh Islam terkemuka dan membandingkannya dengan tokoh-tokoh utama agama maupun alairan-aliran pemikiran lain. Seluruh cara yang ditawarkan Ali Syari’ati itu pada intinya adalah metode perbandingan (komparasi). Dapat dimaklumi, bahwa melalui perbandingan dapat diketahui kelebihan dan kekuranganyang terdapat diantara berbagai yang dibandingkan itu. Namun, sebagaimana diketahui bahwa secara akademis suatu perbandingan memerlukan persyaratan tertentu. Perbandingan menghendaki objektivitas, tidak ada pemihakan, tidak ada pra konsepsi dan semacamnya. Pendekatan komparasi dalam memahami agama baru akan efektif apabila dilakukan oleh orang yang bru mau beragama.

Metode lain untuk memahami Islam yang diajukan Mukti Ali adalah metode tipologi. Metode ini oleh banyak ahli sosiologi dianggap objektif berisi klasifikasi topik dan tema sesuai dengan tipenya, lalu dibandingkan dengan topic dan tema yang mempunyai tipe yang sama. Dalam hal agama Islam, juga agama-agama lain, yaitu:

1) Aspek ketuhanan
2) Aspek kenabian
3) Aspek kitab suci
4) Aspek keadaan waktu munculnya nabi, orang-orang yang di dakwahinya, dan individu-individu terpilih yang dihasilkan oleh agama itu.

Selain menggunakan pendekatan komparasi, Ali Syari’ati juga menawarkan cara memahami Islam melalui pendekatan aliran. Dalam hubungan ini, ia mengatakan bahwa tugas intelektual hari ini ialah mempelajari dan memahami Islam sebagai aliran pemikiran yang membangkitkan kehidupan manusia, perseorangan, maupun masyarakat, dan bahwa sebagai intelektual dia memikul amanah demi masa depan umat manusia yang lebih baik. Dia harus menyadari tugas ini sebagai tugas pribadi dan apa pun bidng studinya dia harus senantiasa menumbuhkan pemahaman yang segar tentang Islam dan tentang tokoh-tokoh besarnya, sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Selanjutnya, terdapat pula metode memahami Islam yang dikemukakan oleh Nasruddin Razzak. Ia mengajarkan metode pemahaman Islam secara menyeluruh. Cara tersebut digunakan untuk memahami Islam paling besar agar menjadi pemeluk agama yang mantap dan untuk menumbuhkan sikap saling menghormati terhadap pemeluk agam lain. Metode tersebut juga di tempuh dalam rangka menghindari kesalahfahaman yang menimbulkan sikap dan pola hidup beragama yang salah.

Untuk memahami Islam secara benar, terdapat empat cara yang tepat menurut Nasruddin Razzak, yaitu sebagai berikut:

1. Islam harus dipelajari dari sumbernya yang asli, yaitu Alqur’an dan sunnah Rasul.
2. Islam harus dipelajari secara integral atau secara keseluruhan.
3. Islam perlu dipelajari dari kepustakaan yang ditulis oleh para ulama besar, kaum zu’ama, dan sarjana Islam.
4. Islam hendaknya dipelajari dari ketentuan normatif teologis dalam Alqur’an kemudian dihubungkan dengan kenyataan historis, empiris dan sosologis.
Dari beberapa metode tersebut terdapat dua metode dalam memahami Islam secara garis besar, yaitu:
1. Metode komparasi, yaitu metode memahami Islam dengan membandingkan seluruh aspek Islam dengan agama lainnya agar tercapai pemahaman Islam yang objektif dan utuh. Dalam komparasi tersebut terlihat jelas bahwa islam sangat berbeda dengan agama-agama lain. Intinya Islam mengajarkan kesederhanaan dalam kehidupan dan dalam berbagai bidang.
2. Metode sintesis, yaitu metode memahami Islam dengan memadukan metode ilmiah dengan metode logis normatif.

4.      METODOLOGI STUDI KEISLAMAN

Studi islam, yaitu ajaran-ajaran yang berhubungan dengan islam. Studi islam sangat berperan dan berfungsi dalam masyarakat. Studi islam bertujuan untuk mengubah pemahaman dan penghayatan keislaman masyarakat inter dan antar agama. Adapun perubahan yang diharapkan adalah formalisme kepahaman menjadi substantive keagamaan dan sikap enklusivisme menjadi sikap universalisme.
Metode studi ilmu keislaman diharapkan dapat melahirkan suatu komunitas yang mampu melakukan perbaikan intern dan ekstern. Secara intern, komunitas itu diharapkan dapat mempertemukan dan mencari jalan keluar dari konflik intra agama islam. Secara ekstern, studi islam diharapkan dapat melahirkan suatu masyarakat yang siap hidup toleran dalam pluralitas agama. Pada segi normative, studi islam bersifat memihak, romantis, apologis, dan, subjektif. Jika dilihat dari segi histori, islam tampak sebagai disiplin ilmu.
Perbedaan dalam melihat islam yang demikian itu dapat menimbulkan perbedaan dalam menjelaskan islam itu sendiri. Jika islam dilihat dari sudut normative, islam merupakan agama yang di dalamnya berisi ajaran Tuhan yang berkaitan dengan urusan akidah dan muamalah. Sedangkan ketika dilihat dari sudut histori atau sebagaimana yang tampak dalam masyarakat, islam lebih tampil sebagai sebuah disiplin ilmu (Islamic Studies).
Selanjutnya, ada pula yang disebut Sains Islam. Menurut Hussein Nasr, sains islam adalah sains yang dikembangkan oleh kaum muslimin sejak abad islam kedua, yang keadaannya sudah tentu merupakan salah satu pencapaian besar dalam peradaban Islam. Sains Islam mencakup berbagai pengetahuan modern seperti kedokteran, astronomi, matematika, fisika, dan sebagainya yang dibangun di atas arahan nilai-nilai Islami.
Dari ketiga kategori ilmu keislaman tersebut, maka muncullah apa yang dikenal dengan MI, MTs, MA, dan Institut Agama Islam yang di dalamnya diajarkan studi islam yang meliputi Tafsir, Hadits, Teologi, Filsafat, Tasawuf, Hukum Islam, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Pendidikan Islam. Kemudian muncul pula Universitas Islam yang di dalamnya diajarkan berbagai ilmu pengetahuan modern yang bernuansa Islam (Sains Islam).
5.      METODE PEMAHAMAN AJARAN
Masyarakat indonesia yang pluralistik dalam bidang agamanya sangat menunggu-nunggu hasil kajian-kajian keilmuan dan penelitian-penelitian dalam bidang agama serta pemikiran-pemikiran keagamaan yang bersifat positif-konstruktif untuk menopang keterlibtan bersama seluruh pengikut agama-agama di tanah air dalam membina dan memupuk Kerukunan hidup antar umat beragama.
Seiring dengan pemekaran wilayah pemahaman dan penghayatan keagaman, yang diantara lain disebabkan oleh transparanya sekat-sekat budaya sebagai akibat luapan arus informasi dalam era IPTEK, masyarakat Indonesia pada khususnya dan masyarakat dunia pada umumnya, membutuhkan masukan-masukan dari kajian-kajian keagamaan yang segar yang tidak lagi selalu bersifat “teologis-normatif”, tetapi juga menginginkan masukan-masukan dari kajian keaagamaan yang bersifat historis-kritis.
Posisi mayoritas umat Islam di Negara kesatuan Republik Indonesia, dalam hubungannya dengan persoalan pluralitas agama, memang sangat unik. Pengalaman umat Islam Indonesia secara kolektif dalam hubungannya dengan penghayatan pluralitas agama ini juga tidak dapat dihayati oleh umt Islam Turki dengan menganut paham kenegaraan sekuler. Predikat “sekuler” disini memang tidak mempunnyai konotasi dengan pluralitas agama seperti yang dihayati oleh umat Islalm Indonesia. Dengan memperhatikan kondisi obyektif masyarakat Indonesia yang begitu majemuk keberagamaannya serta politik di luar negeri, studi agama di Indonesia terasa sangat urgen dann mendesak untuk dikembangkan.
Kerukunan umat beragama yang selama ini berjalan dan dinikmati oleh masyarakat Indonesia memang sudah menjadi telaah, bahkan kekaguman, bagi para pengamat luar negeri. Kerukunan umat beragama di Indonesia telah berjalan wajar meskipun belum dilandasi dengan studi agama yang bersifat akademik-kritis. Di Indonesia kerukunan umat beragama tidak boleh dilepaskan dari peran kerukunan antar umat beragama, dan kerukunan antar intern umat beragam”.
Dalam keberagamaan umat islam Indonesia ajaran-ajaran sedikit banyak telah kehilangan nilai kearabannya. Dengan demikian, menjadikan wajah islam Indonesia berbedadengan wajah islam di dunia manapun. Selain karena faktor kelonggaran atau keterbukaan, beberapa faktor lain juga turut mendukung tersebarnya islam secara luas dikalangan masyarakat di Indonesia. Menurut sejarawan, Tasawuf merupakan faktor paling dominan dalam keberhasilan penyebaran islam di Indonesia. pemerintah menciptakan situasi yang kondusif untuk kerukunan hidup beragama-bandingkan dengan program pemerintah. Departemen agama, untuk menggalang dan membina tiga kerukunan: “kerukunan umat beragama dengan pemerintah,

A.    MODEL PENELITIAN TAFSIR
1.     Pengertian Tafsir
Tafsir berasal dari Bahasa arab yaitu fassara, yufassiru, tafsiran yang berarti penjelasan, pemahaman perincian.
Menurut Al jurjanji, tafsir ialah menjelaskan makna ayat ayat Al quran dai berbagai eginya baik konteks hisorisna maupun asbabun nuzulnya dengan menggunakan ungkapan atau keterangan yang dapat menunjuk kepada makna yang dikehendaki secara terang dan jelas.
Tiga  ciri utama tafsir :
1.   Objek pembahasannya adalah al quran.
2.   Tujuannya untuk menjelaskan, menerangkan , menyingkap kandungan al quran
      sehingga tedapat hukum, ketetapan dan ajaran.
3.   Sifat dan kedudukannya adalah hasil penalaran kajian dan ijtihad para mufassir.
2.     Latar belakang penelitian tafsir
Pada zaman Rosululloh SAW, penjelasan al quran todak semua dijelaskan. Sehingga keika beliau wwafat , para sohabat yang mempunyai kemampuan mulai berijtihad. Namun, ijtihad mereka masih terikat dan terbatas dengan kaidah bahasa serta arti yang terkandung dalam kosakata. Karena perkembangan zaman, maka akal pun mulai berperan dalam penelitian tesebut.

3.     Model penelitian tafsir

Kegiatan ini terbagi 2 :
1.        Kegiatan penelitian di sekitar produk – produk penafsiran yang dilakukan generasi dulu.
2.        Kegiatan penafsiran quran itu sendiri.
Adapun kegiatan penelitian quraish shihab :
Model penelitiannya menggali produk tafsir yang dilakukan ulama tasir terdahulu. Penelitiannya meliputi:
a.         Periodesasi pertumbuhan dan perkembangan tafsir.
1.        Periode 1: Masa Rosululloh SAW, sohabat dan tabi’in, tafsir tersebar secara lisan.
2.        Periode 2: Masa Umar bin abdul aziz (99-101 H) tafsir diulis bergabung dengan hadits.
3.        Periode 3: masa al farra, diadakn penyusunan kitab tafsir .
b.        Corak penelitian
1.        Corak sastra bahasa
2.        Corak filsafat
3.         Corak penafsiran ilmiah
4.        Corak fikih atau hukum
5.        Corak tasawuf
6.        Corak sastra budaya kemasyarakatan (syaikh Muhammad abduh 1849-1905)
  Macam macam metode penelitian al quran
1.    Corak ma’tsur ( riwayat)
Keistimewaan:
a.         Menenekankan pentingnya bahasa dalam memahami al quran
b.        Memapakan ketelitian redaksi ayat ketika manyampaikan pesan pesannya
c.         Mengikat mufassir dalam teks ayat
Kelemahannya :
a.         Pokok al quran menjadi kabur karena bertele tele
b.        Asbabunuzu terabaikan.
2.    Metode penalaran
a.         Metode tahlily : menjelaskan kandungan al quran dengan memperhatikan          runtutan ayat yang tercantum dalam mushaf.
b.        Metode ijmaly : menafsirkan ayat secara global
c.         Metode muqorin  : membandingkan ayat al quran yang saudengan yang lainnya.
d.        Metode maudlu’iy ; menghimpun ayat al quran dari berbagai sura yan berkaitan dengan persoalan atau topic yang ditetapkan sebelumnya.

B.     MODEL PENELITIAN HADITS
1.      Pengertian hadits
Berasal dai bahasa arab hadatsa, yahdutsu, haditsan, yang berarti baru.
Adapun pengertian hadits menurut ulama ahli khadits yaitu : ucapan, perbuatan dan keadaan Rosululloh Muhammad SAW.
2.      Model Penelitian Hadits menurut Quraish Shihab
Dimana beliau meneliti dua sisi dari keberadaan hadits yaitu
1. Mengetahui fungsi hadits terhadap Alqur’an
Dimana pendapat beliau adalah bahwa rosululloh menjelaskan maksud dan tujuan firman Alloh SWT yang termuat dalam AlQur’an.
2. posisi sunah
adapun posisi sunah adalah sama halnya AlQur’an yaitu sebagai sumber ajaran islam.

C.    MODEL PENELITIAN FILSAFAT ISLAM
 Di dalam Islam, Filsafat menimbulkan pro dan kontra. Namun kebanyakan dari mereka adalah yang kontra, karena mereka berpendapat bahwa filsafat dianggap melemahkan keimanan seseorang.
1. Pengertian Filsafat Islam
Filsafat berasal dari bahasa yunani “Philo” yang berarti Cinta dan “Sophos” yang berarti Ilmu/Hikmah sedangkan “islam” adalah selamat.
Maka Musa as’ari menyimpulkan bahwa Filsafat Islam adalah Kegiatan pemikiran yang bercocok islam.
2. Model Penelitian Filsafat Islam
M. Amin Abdulloh dalam bukunya The Idea Of UniverSality Ethical Norm In Ghozali And Kaut menafsirkan bahwa metode penelitian bercocok deskriftif yaitu penelitian mengambil bahan kajian pada berbagai sumberbaik dari sumber frimer maupun skunder untuk kemudian dilakukan penelitian tentang keotentikannya secara saksama, dan akhirnya di klasivikasikan menurut variabelnya, dibandingkan, dan diuraikan menurut logika, dianalisis kemudian disimpulkan.
Adapun pendekatan yang terjadi antara pemikiran kedua tokoh( Al-Ghozali dan Immanuel khan) yaitu terletak pada bidang etika yang terbentuk setelah melakukan penelitian ini. Kritikan yang terlontar dari M. Amin Abdulloh adalah pada sisi sejarahnya bukan materinya filsafatnya.

D.    MODEL PENELITIAN ILMU KALAM
Pengertian Ilmu Kalam
Menurut Al-Hanafi ilmu kalam adalah ilmu yang berisi alas an-alasan yang mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil fikiran atau berisi bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan aliran golongan salaf dan ahli sunah.

Model Penelitian Ilmu Kalam
Penelitian ini dilakukan secara bertahap dan tahapannya adalah sebagai berikut :

1.    Penelitian Pemula
Membangun ilmu kalam menjadi salah satu disiplin ilmu.
Dalam hal ini Al Imam Abil-Hasan berpendapat yang dituangkan dalam bukunya yang berjudul Maqolat Al-Islamiyah Wa Ikhtilaf Al-Mushollin, tidak lepas dari 3 pembahasan yaitu :
a.    Permulaan timbul perbedaan pendapat dari zaman Usman bin Afan
b.    Pembahasan aliran-aliran induk
c.    Perbedaan pendapat di sekitar penanggung arasy, kehendak tuhan, keadilan tuhan, hakikat manusia dll.
2.    Penelitian lanjutan
Dimana didalam penelitian lanjutan ini adalah mendeskripsikan ilmu kalam dari rujukan penelitian pemula.
Maka sebuah buku yang berjudul Tarikh Al-Mazahib Al-Islamiyyah Fi Al-Syiadah wa Al-‘aqoid yang di karang oleh Abu Zahrah menyatakan tentang adanya tiga hal yang harus di bahas, yaitu :
a.    Pangkal pertentangan berbagai aliran
b.    Aliran mazhab syi’ah
c.    Aliran khowariz, jabariyah, qodariyah, mu’tazilah, dan asy’ariyah beserta pandangan teologinya.

E.     MODEL PENELITIAN TASAWUF
Pengertian Tasawuf
Dari segi kebahasaan, Harun Nasution mengemukakan lima istilah yang berhubungan dengan tasawuf yaitu Al-suffah ( abdul alssufah ) yaitu oaring yang ikut pindah dengan Nabi dari Mekah ke Madinah
1.    Shaf yaitu barisan yang dijumpai dalam solat berjamaah
2.    Sufi yaitu bersih dan suci
3.    Shofhous ( bahasa yunani yang berarti hikmah )
4.    Suf  yang berarti kain woll kasar
Dengan demikian tasawuf menggambarkan sebuah keadaan yang berorientasi kepada kesucian.
Adapun pengertian menurut istilah yaitu upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat  membebaskan manusia dari kehidupan duniawi, dan selalu dekat dengan Alloh sehingga jiwa yang suci memancarkan ahlak yang mulia.
Model Penelitian Tasawuf
Harun Nasution berpendapat dalam bukunya yang berjudul falsafah dan mistisisme dalam islam: penelitian yang dilaksanakan Harun Nasution dalam bidang taswuf ini mengambil pendekatan tematik yakni penyajian ajaran tasawuf dalam tema jalan untuk dekat kepada tuhan, zuhud, al-mahabbah, al-marifah, al-fana, al-baqo, al-ittibab, al-gulul dan wahdat al wujd. Selain itu harun Nasution mencoba mengemukakan latarbelakang sejarah timbulnya faham tasawuf terhadap islam.
F.     MODEL PENELITIAN FIQIH
Fiqih atau hukum islam merupakan salah satu study islam yang paling dikenal oleh masyarakat yaitu ilmu yang wajib dipelajari karena dengan ilmu itu seseorang mampu mengetahui tatacara beribadah kepada Alloh.
Pengertian fiqih
Fikih adalah ilmu yang berkaitan dengan amal manusia yang diambil dari naska Alqur’an dan Assunah adapun yang dimaksud dengan perbuatan manusia adalah segala perbuatan manusia yang berhubungan dengan beribadah, muamalah, kepidanaan dsb. bukan berhubungan dengan kepercayaan
Model penelitian hukum islam
Sebagai guru besar teologhi dan filsafat islam Harun Nasution juga memiliki perhatian terhadap rukun islam. Dan itui jelas terlihat ketika beliau berpendat dalam bukunya yang berjudul islam ditinjau dari berbagai aspeknya: yang didalammnya terdapat perkembangan hukum islam yang terbagi kedalam 4 priodde
a.    Priode Nabi Muhammad saw
b.    Priode Shohabat
c.    Priode Ijtihad
d.   Priode Taqlid serta kemunduran islam
Jika sumberhukum islam dari ke 4 aspek diatas disatukan maka sumberhukum islam itu meliputi Al-Qur’an, Al-HAdits, pendapat para Shoabat, Qias, Istihsan, Maslahat, Mursalah dan Syariat sebelum islam.
G.    METODE PENELITIAN POLITIK
Masalah polotik salah satu bidang studi yang menarik masyarakat pada umumnya hal ini di sebabkan karena pengaruh politik terhadap kehidupan masyarakat sangat menonjol. Masyaraklat yang tertib, aman, damai, sehat lahir batin, tidak dapat terlepas dari system politik.
Pengertian politik
Dalam kamus umum bahasa Indonesia politik diartikan sebagai pengetahuan mengenai catatan kenegaraan tentang ketatanegaraan atau kenegaraan seperti tatacara pemerintah, dasardasarmerintah dan sebagainya..
Selanjutnya sebagai suatu system, politik adalah suatu konsepsi yangberisi tentang ketentuan siapa sumber kekuasaan Negara, siapa pelaksana kekuasaan tersebut, apa dasarnya, dan bagaimana cara menentukan kepada siapa kewenangan itu diberikan.
Dalam bahasa Arab politik diwakili dengan kata Assiasath dan daulah yang berarti siasat atau system.
Model penelitian politik
Menurut alfian, permasalahan politik dapat dikaji melalui bernagai macam pendekatan antaralain
a.    Dari sudut kekuasaan
b.    Struktur politik
c.    Partisipasi politik
d.   Komunitasi politik
e.    Konstitusi
f.     Pendekataan dan sosialisasi politik
g.    Pemikiran politik
h.    Kebudayaan politik
Menurut M. Syafii MA’arif dalam bukunya yang berjudul islam dan masalh kenegaraan menyimpulkan 3 hipotesis yang mesti dilacak lebih jauh yaitu:
1.    Islam di Indonesia
2.    Usaha untuk mengubah Indonesia untuk menjadi Negara islam
3.    Prospek Islam di Indonesia

H.    MODEL PENELITIAN PENDIDIKAN ISLAM
Pendidikan islam merupakan study islam yang mendapat banyak perhatian dari para ilmuan, karena dianggap sangat strategis untuk menngkatkan sumberdaya manusia
Pengertian pendidikan islam
Dari segi bahasa pendidikan diartikan perbuatan mendidik dan berarti pula pengetahuan tentang mendidik atau pemeliharaan bada bathin dan sebagainya.
Dalam bahasa arab umunya dugunakan kata tarbiyah menurut Muhammad Alnakwib tarbiyah biasa diartikan telah dibuat oleh orang orang yang mengaitkan dirinya dengan pemikiran modern istilah tersebut dimaksudkan untuk mengungkapkan makana pendidikan tanpa memperhatikan sifatnya.
Aspek – aspek pendidikan islam
Pendidikan islam mempunyai aspek yang dapat dilihat dari :
1.    Cakupan materi pendidikannya
2.    Pilsafatnya
3.    Sejarahnya
4.    Kelembagaanya
5.    Sistemnya
6.    Segi kedudukan sebagai sebuah ilmu

Model penelitian pendidikan islam
Dilihat dari segi objek kajiannya dapat dibagi kedalam 3 bagian
1.        Ada pengetahuan ilmu yaitu pengetahuan hal hal yang entries yang dapat dilakukan dengan cara penelitian ilmiah dan teori yang bersifat logis
 ( secience )
2.        Pengetahuan filsafat yaitu pengetahuan tentang objek objek abstrak logis diperoleh dengan berfikir dan teori yang bersifat logis non empiris
3.        Pengetahuan mistik yaitu pengetahuan yang objeknya bersifat tidak empiris dan tidak logiis objek pengetahuan ini bersifat abstrak yang dapat diperoleh dengan cara merasakan pengetahuan bathin tasawuf dengan latihan atau cara lain
Pengetahuan
:Objek
:Metode
:Ukuran
Sains (ilmu)
:Empiris
:Ilmiah
:Logis-empiris
Filsafat
:Abstrak-logis
:Logika
:Logis
  Mistik
:Abstrak-Supra logis
:Supra rasional
:Yakin, kadang- kadang empiris

Berdasarkan matrik tersebut, maka pengetahuan (ilmu) pendidikan Islam terdiri dari pengetahuan pengetahuan filsafat pendidikan, tasawuf (mistik) pendidikan dan ilmu pendidikan. Filsafat dan tasawuf terkadang disebut ilmu, padahal secara akademis keduanya itu bukan ilmu tetapi pengetahuan karena yang disebut ilmu harus bersifat empiris dan memiliki cirri-ciri ilmiah. Dengan demikian jika disebutkan Ilmu Pendidikan Islam, cakupannya ialah masalah-masalah yang berada dalam dataran ilmu(sains), yaitu objek-objek yang logis dan empiris tentang pendidikan.




I.       MODEL PENELITIAN SEJARAH ISLAM
Sejarah Islma meruapakan salah satu bidang studi Islam yang banyak menarik perhatian para penelitia baik dari kalangan sarjana muslim maupun non muslim, karen abanyak manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian tersebut. Bagi umat Islam, mempelajari sejarah Islam selain akan memberikan kebanggaan juga sekaligus peringatas agar berhati-hati. Dengan mengetahui bahwa umat islam dalam sejarah pernah mengalami kemajuan dalam segala bidang selama beratus-ratus tahun misalnya, akan memberikan rasa bangga dan percaya diri menjadi orang muslim. Demikian pula dengan mengetahui bahwa umat Islam juga mengalami kemunduran, penjajahan dan keterbelakangan, akan menyadarkan umat Islam untuk memperbaiki keadaan dirinya dan tampil untuk berjuang mencapai kemajuan.
Sementara itu, bagi para peneliti Barat, mempelajari sejarah Islam selain diajukan untuk pengembangan ilmu, juga terkadang dimaksudkan untuk mencari-cari kelemahan dan kekurangan umat Islam agar dapat dijajah dan sebagainya sebagainya. Disadari atau tidak, selama ini informasi mengenai sejarah Islam banyak berasal dari hasil penelitian para sarjana Barat. Hal ini terjadi, karena selain masyarakat Barat memiliki etos kemauan yang tinggi juga didukung oleh dana dan kemauan politik yang kuat dari para pemimpinnya. Sementara .dari kalangan para peneliti Muslim tampak di samping etos keilmuannya rendah, juga belum didukung oleh keahlian di bidang penelitian yang memadai serta dana dan dukungan politik dari pemeintah yang kondusif.
Hasil penelitian tersebut nampaknya berguna sebagai informasi awal untuk melakukan penelitian sejarah yang mengambil pendekadan kawasan. Penelitian tersebut dapat dikategorikan sebagai penelitian literatur yang didukung oleh survei, dan dianalisis dengan pendekatan sejarah dan perbandingan

Sosiologi merupakan sebuah istilah yang berasal dari kata latin, socius yang artinya teman, dan logos dari kata yunani yang berarti cerita, diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul “Cours De Philoshophie Positive” karangan August Comte (1798-1857). Sosiologi muncul sejak ratusan, bahkan ribuan tahun yang lalu. Namun sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat baru lahir kemudian di Eropa.

J.       PENELITIAN ANTROPOLOGI DAN SOSIOLOGI AGAMA

Dewasa ini telah muncul suatu kajian agama yang menggunakan antropologi dan sosiologi sebagai basis pendekatannya. Berbagai pendekatan dalam memahami agama yang selama ini digunakan dipandang harus dilengkapi dengan pendekatan antropologi dan sosiologi tersebut. Berbagai pendekatan dalam memahami agama yang ada selama ini antara lain pendekatan teologis, normatif, filosofis, dan historis.
Melalui pendekatan antropologi sosok agama yang berada pada dataran empirik akan dapat dilihat serat-seratnya dan latar belakang mengapa ajaran agama tersebut muncul dan dirumuskan. Antropologi berupaya melihat antara hubungan agama dengan berbagai pranata sosial yang terjadi di masyarakat. Penelitian hubungan antara agama dan ekonomi melahirkan beberapa teori yang cukup menggugah minat para peneliti agama. Dalam berbagai penelitian antropologi agama dapat ditemukan adanya hubungan yang positif antara kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi dan politik. Menurut kesimpulan penelitian antropologi, golongan masyarakat kurang mampu dan golongan miskin lain pada umumnya lebih tertarik kepada gerakan keagamaan yang bersifat mesianis, yang menjanjikan perubahan tatanan sosial kemasyarakatan. Sedangkan golongan kaya lebih cenderung untuk mempertahankan tatanan masyarakat yang sudah mapan secara ekonomi lantaran tatanan tersebut menguntungkan pihaknya.
Uraian di atas memperlihatkan bahwa pendekatan antropologi, dengan jelas dapat mendukung menjelaskan bagaimana suatu fenomena agama itu terjadi.
Dengan menggunakan pendekatan dan perspektif antropologi tersebut di atas dapat diketahui bahwa doktrin-doktrin dan fenomena-fenomena keagamaan ternyata tidak berdiri sendiri dan tidak pernah terlepas dari jaringan institusi atau kelembagaan sosial kemasyarakatan yang mendukung keberadaannya. Inilah makna dari penelitian antropologi dalam memahami gejala-gejala keagamaan.
Selanjutnya, kita lihat mengenai makna pendekatan sosiologi dalam memahami agama. Diketahui bahwa sosiologi merupakan ilmu yang membahas sesuatu yang telah teratur dan terjadi secara berulang dalam masyarakat. Dalam tinjauan sosiologi masyarakat dilihat sebagai suatu kesatuan yang didasarkan pada ikatan-ikatan yang sudah teratur dan boleh dikatakan stabil.
Sehubungan dengan ini, dengan sendirinya masyarakat merupakan kesatuan yang dalam bingkai strukturnya (proses sosial) diselidiki oleh sosiologi.
Dalam pandangan kaum sosiolog, agama lebih lanjut dibuktikan memiliki fungsi yang amat penting. Dalam hubungan ini, paling kurang ada enam fungsi agama bagi kehidupan masyarakat.
Pertama, agama dapat memenuhi kebutuhan –kebutuhan tertentu dari manusia yang tidak dapat dipenuhi oleh lainnya. Seorang Sarjana Ekonomi Amerika pernah menulis buku dengan judul yang amat provokatif, yaitu Janji-janji untuk kehidupan manusia. Menurutnya, janji-janji itu adalah kredit. Fakta menunjukkan bahwa sirkulasi sumber kehidupan dari suatu sistem ekonomi tergantung dari apakah manusia satu sama lain dapat saling menaruh kepercayaan bahwa mereka akan memenuhi kewajiban-kewajiban bersama dibidang keuangan. Keharusan orang-orang menepati janji-janji tersebut diperintahkan dalam ajaran agama.
Kedua, agama dapat berperan memaksa orang untuk menepati janji-janjinya. Diketahui bahwa beberapa jenis persetujuan bersama atau consensus mengenai kewajiban-kewajiban yang sangat penting ini, begitu juga mengenai adanya kekuatan yang memaksa orang-orang dan pihak-pihak yang bersangkutan untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban tersebut, minimal diperlukan untuk mempertahankan ketertiban masyarakat.
Ketiga, bahwa agama dapat membantu mendorong terciptanya persetujuan mengenai sifat dan isi kewajiban-kewajiban sosial tersebut dengan memberikan nilai-nilai yang berfungsi menyalurkan sikap-sikap para anggota masyarakat dan menetapkan kewajiban-kewajiban sosial mereka. Dalam peranan ini agama telah membantu menciptakan sistem-sistem nilai sosial yang terpadu dan utuh.
Keempat, agama berperan membantu merumuskan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh manusia dan diperlukan untuk menyatukan pandangannya.
Kelima, agama pada umumnya menerangkan fakta-fakta bahwa nilai-nilai yang ada hampir semua masyarakat bukan sekedar nilai yang bercampur aduk tetapi membentuk tingkatan (hirarki). Dalam hirarki ini agama nilai-nilai yang tertinggi. Nilai-nilai yang tertinggi, berikut implikasinya dalam bentuk tingkah laku, memperoleh arti dalam agama.
Keenam, agama juga telah tampil sebagai yang memberikan standar tingkah laku, yaitu berupa keharusan-keharusan yang ideal yang membentuk nilai-nilai sosial yang selanjutnya disebut sebagai norma-norma sosial.

K.    MODEL PENELITIAN ANTROPOLOGI AGAMA

Penelitian di bidang antropologi agama antara lain dilakukan oleh seorang antropolog bernama Clifford Geertz pada tahun 1950-an. Hasil penelitiannya itu telah dituliskan dalam buku berjudul The Religion Of Java. Model penelitian yang dilakukan Geertz adalah penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini didasarkan pada data-data yang dikumpulkan melalui wawancara, pengamatan, survey, dan penelitian Grounded Research, yakni penelitian yang penelitinya terlibat dalam kehidupan masyarakat yang ditelitinya.
Dari segi waktu yang digunakan untuk penelitian tersebut selama tiga tahap.
Tahap pertama, antara September 1951 sampai 1952, persiapan yang intensif dalam bahasa Indonesia (yakni melayu) dilakukan di Universitas Havard, mula-mula di bawah Professor Isadora Dyen dan kemudian di bawah Tuan Rufus Hendon, yang kemudian hari menjadi direktur proyek, dengan bantuan orang-orang Indonesia. Waktu antara bulan juli sampai Oktober 1952 dipergunakan di Negeri Belanda, mewawancarai sarjana-sarjana Belanda yang ahli tentang Indonesia di Universitas leiden dan di Tropical Institut di Amsterdam.
Tahap kedua, dari bulan Oktober 1952 sampai Mei 1953 dipergunakan terutama di Yogyakarta, tempat ia mempelajari bahasa Jawa, dengan mempergunakan mahasiswa-mahasiswa Universitas Gajah Mada, dan memperoleh sejumlah pengetahuan umum mengenai kebudayaan dan kehidupan kota Jawa. Selama masa ini, satu setengah bulan lamanya dihabiskan juga untuk mewawancarai pemimpin-pemimpin agama dan politik di ibu kota Negara, Jakarta, sambil mengumpulkan statistik dan menyelidiki organisasi birokrasi pmerintah pada umumnya dan Departemen Agama pada khususnya.
Tahap ketiga, antara Mei 1953 sampai September 1954, merupakan masa penelitian lapangan yang sesungguhnya, dan dilakukan di Mojokuto. Ia dan istrinya sepanjang masa itu tinggal di rumah seorang buruh kereta api di ujung kota, rumah itu sebenarnya tidak terletak di desa Mojokuto, tetapi di desa sebelahnya, yang hanya bersifat kota di bagian tenggaranya.

Semua kegiatan, temasuk wawancara dengan para informan, ia lakukan dengan menggunakan bahasa jawa, kecuali beberapa pelajar yang sangat nasionalistik dan lebih senang berbahasa Indonesia (Melayu).
Selanjutnya, dari segi informan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitiannya itu, Geertz megatakan bahwa ia melakukan banyak kegiatan sistematis dan lama dengan informan-informan tertentu mengenai suatu topik , baik dirumah mereka sendiri maupun di kantor.
Sedangkan pendekatan analisisnya sebagaimana tersebut di atas adalah dengan menggunakan kerangka teori yang terdapat dalam ilmu antropologi. Dengan pendekatan ini, fenomena keagamaan yang terjadi di daerah Jawa dapat di jelaskan dengan baik.
Dengan memperhatikan uraian tersebut di atas, dapat kiranya disimpulkan bahwa model penelitian antropologi agama yang dilakukan Geertz dapat di jadikan model atau bahan perbandingan bagi para peneliti selanjutnya. Hal ini, karena secara metodologi dan konseptual penelitian yang dilakukan Geertz tergolong penelitian yang lengkap dan memenuhi prosedur penelitian lapangan yang baik.

L.      MODEL PENELITIAN SOSIOLOGI AGAMA

Penelitian sosiologi agama pada dasarnya adalah penelitian tentang agama yang mempergunakan pendekatan ilmu sosial (sosiologi). Dalam kaitan ini, berbagai persoalan yang terdapat dalam ilmu sosial dilihat secara seksama dalam hubungannya dengan agama. Dalam penelitian ini dapat dilihat agama yang terdapat pada masyarakat industri modern, agama pada lapisan masyarakat yang berbeda-beda, agama yang dikembangkan pada kalangan penguasa, politikus, dan lain sebagainya.
Agama yang terdapat dalam doktrin kitab suci merupakan Das Sollen, sesuatu yang harusnya terjadi. Sedangkan agama yang terdapat dalam kenyataan adalah Das Sein, sesuatu yang tampak terjadi di lapangan. Antara agama yang terdapat pada dataran Das Sein dengan yang terdapat pada Das Sollen bisa saja terjadi kesenjangan. Inilah yang selanjutnya yang dianggap sebagai problema yang harus didekati dengan melakukan berbagai kegiatan pembaharuan melalui jalur pendidikan, dakwah, pembinaan, dan sebagainya.
Mengenai metodologi penelitian sosiologi agama lengkap dengan perangkatnya pada dasarnya sama dengan langkah-langkah dalam penelitian antropologi agama.hal ini tidak mengherankan karena antropologi sering dikelompokkan sebagai salah satu cabang dari sosiologi.
Suatu hal yang perlu dicatat, bahwa suatu hasil penelitian bidang sosiologi agama bisa saja berbeda dengan agama yang terdapat dalam doktrin kitab suci. Sosiologi agama bukan mengkaji benar atau salahnya suatu ajaran agama, tetapi yang dikaji adalah bagaimana agama tersebut dihayati dan diamalkan oleh pemeluknya. Dalam kaitan ini, dapat terjadi apa yang ada dalam doktrin kitab suci berbeda dengan apa yang ada dalam kenyataan empirik. Para sosiolog membuat kesimpulan tentang agama dari apa yang terdapat dalam masyarakat. Jika suatu pemeluk agama terbelakang dalam bidang ilmu pengetahuan, ekonomi, kesehatan, kebersihan, dan lain sebagainya, kaum sosiolog terkadang menyimpulkn bahwa agama dimaksud merupakan agama untuk orang-orang yang terbelakang. Kesimpulan ini mungkin akan mengagetkan kaum tekstual yang melihat agama sebagaimana yang terdapat dalam kitab suci yang memang diakui ideal.

BAB IV KESIMPULAN
Metode adalah ilmu yang memberi pengajaran tentang sistem dan langkah yang harus ditempuh dalam mencapai suatu penyelidikan keilmuan. Dengan metode yang tepat mempermudah tujuan pencapaian kelogisan penelitian dan kebenarannya. Ada dua metode dalam memahami Islam yaitu metode komparasi dan metode sintesis (metode memahami Islam dengan memadukan metode ilmiah dengan metode teologis normatif).
Dalam memahami Islam secara komperehensif dengan berpedomen kepada semangat dan isi ajaran al-qur’an yang diketahui banyak aspek. Berbagai metode dapat dipakai untuk memahami ajaran islam. Membandingkan Allah dengan sesembahan non muslim, membandingkan dengan kitab-kitab lain, membandingkan kepribadian Rasul SAW dengan tokoh-tokoh agama lain.
BAB V PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami tulis. Kami sadar masih banyak kekurangan dalam makalah ini, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari pembaca yang budiman, demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan memberikan manfaat bagi pembaca dan pembuatnya. Pada akhirnya selamat membaca, memahami dan mampu mengamalkannya. Amin.





















DAFTAR FUSTAKA
[1] Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, 2006, Jakarta: Amzah, Hlm. 147
[2] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, 2009, Jakarta: Rajawali Pers,, hlm. 152-153
[3]Ibid, hlm. 149
[4] Ibid, hlm. 152-153
[5] Ibid, hlm. 153-154
[6] Yatimin Abdullah, Op. cit., hlm. 150
[7] Abuddin Nata, Op. cit., hlm. 154
[8] Yatimin Abdullah, Op. cit., hlm. 150-151
[9] Nasution, M.A, Pengantar studi islam, 2009, Yogyakarta: ACAdeMIA + TAZZAFA, hlm. 197              
[10] Abuddin Nata, Op.cit, hlm. 151
[11] Ibid., hlm. 151-152
[12] Ibid., hlm 152
[13] Amin Abdullah, Studi Agama Normativitas atau Historisitas, 1996 , Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm. 4-8
[14] Ajid Tohir, Studi Kawasan Dunia Islam, 2009. Jakarta: Rajawali Pers, hlm. 399


Previous
« Prev Post
Show comments