HEADLINE NEWS

Solusi Sukses di Tanah Rantau

On November 03, 2016

   
1. Merantau Bukan Perkara Sederhana. Kamu Harus Punya Alasan Kuat Sebelum    Meninggalkan Kampung Halaman mu
Rumah dan tanah kelahiran tentu jadi salah satu hal penting dalam hidup. Sebagai tempatmu tumbuh dan dibesarkan, kampung halaman pastilah punya posisi istimewa dihati. Ada keluarga, saudara, teman, dan kenalan-kenalan terdekat di sana. Ibaratnya, setiap jengkal tanah di kota tempat mu lahir dan dibesarkan sudah baik-baik kamu kenal.
Bayangkan, jika akhirnya kamu harus pergi dan meninggalkan segala romantisme bersama kampung tercinta. Mungkin, jika bukan lantaran perkara tuntutan pekerjaan, kamu akan memilih tetap tinggal. Atas alasan inilah kamu sebaiknya masak-masak memikirkan keputusan yang akan diambil. Apakah lowongan pekerjaan yang kamu incar di tempat perantauan cukup menjanjikan?
Nah, jika pada akhirnya merantau tetap jadi pilihan terbaik, maka bersiaplah untuk bekerja keras demi mempertanggungjawabkan keputusanmu. Yakinlah bahwa kamu akan meraih sukses di tempat barumu sehingga kelak saat kembali ke kampung halaman, kamu bisa pulang dengan bangga.
2.    Sebelum Memutuskan Pergi Persiapanmu Harus Benar-Benar Matang
Jangan samakan merantau dengan sekadar pergi liburan, keduanya jelas jauh berbeda. Kali ini kamu tak akan singgah 3 hari atau seminggu, tapi bertahun-tahun. Kamu pun bukan hendak bersantai dan menikmati tempat wisata, tapi untuk belajar atau bekerja. Nah, hal paling pertama yang harus kamu lakukan adalah mencari sebanyak-banyaknya informasi tentang kota yang akan kamu tinggali. Catat alamat dan nomor telepon tempat-tempat pentingnya, beli peta, kenali nama-nama jalan, hingga lokasi-lokasi nya.
Selanjutnya, mulailah menyiapkan estimasi biaya hidupmu di sana. Semisal kamu sebagai pekerja, perkirakan gaji yang bisa kamu peroleh, bandingkan dengan UMR di tempat rantau dan daerah asalmu, catat semua pengeluaran yang kamu butuhkan sebagai seorang pegawai baru.Mengenal kultur budaya tempat tujuanmu juga tak kalah penting.
3.    Pastikan Kamu Punya Saudara, Teman, Atau Kenalan yang Bisa Dimintai Bantuan dalam Situasi yang Mendesak
Tinggal sendiri, jauh dari orang tua dan keluarga tentu akan lebih beresiko. Saat masih tinggal bersama orang tua, kamu mungkin sering telat makan, abai pada kesehatan, atau tak banyak pertimbangan saat akan melakukan sesuatu. Toh keluarga selalu ada dan siap diandalkan saat kamu punya masalah dan butuh bantuan.
Sementara, saat akhirnya harus hidup mandiri, apapun yang akan dilakukan harus baik-baik dipikirkan. Siapa yang akan merawatmu jika akhirnya jatuh sakit lantaran sering telat makan dan hobi begadang? Siapa yang bisa dimintai bantuan jika kamu mendadak tertimpa masalah atau musibah? Yup, merantau memang akan menempamu jadi pribadi yang lebih mawas diri.
Namun, sebagai langkah antisipasi, pastikan bahwa kamu tak benar-benar sendirian di tempatmu merantau. Setidaknya ada salah satu keluarga atau teman yang bisa dihubungi dan dimintai bantuan dalam kondisi yang darurat dan terdesak.
4.    Di Tempat Rantau, Kamu Wajib Punya Skill Beradaptasi dan Kemampuan Membawa Diri
“Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung” Yup, sesuai dengan peribahasa tersebut. Skill beradaptasi dan kemampuan membawa diri adalah hal yang penting. Keduanya akan sangat menentukan kemampuanmu untuk bertahan dan sukses di perantauan.
Saat pertama kali tiba di tempat barumu, kamu mungkin kaget lantaran semua makanan yang dijajakan terasa manis. Sementara, di tempat asalmu hampir semua makanan pasti punya cita rasa yang pedas. Meskipun berbeda soal cita rasa, nafsu makanmu tak lantas hilang dan niatmu merantau tak begitu saja surut ‘kan?
Kamu pun selayaknya bisa baik-baik membawa diri; tahu bagaimana harus bersikap dan menjaga perkataan. Tempat dan lingkungan baru memberi kesempatan bagimu untuk tampil sebagai pribadi yang baru. Di sanalah kamu akan memulai kehidupanmu dari awal, maka tunjukkan kesan yang baik bagi mereka yang baru mulai mengenalmu.
5.    Rumus Wajib Bagi Para Perantau: Hidup Hemat dan Pintar-Pintar Menyisihkan Uang
Sebenarnya, siapapun layak menerapkan pola hidup hemat dan kebiasaan menabung. Namun, khusus bagi para perantau, dua hal ini sudah jadi ilmu pasti. Bagi kamu yang bekerja tentu harus memastikan bahwa pengeluaranmu tak lebih besar dari gaji yang kamu peroleh.
Kebiasaan menyisihkan uang alias menabung pun tak boleh terlupakan. Tabungan bisa jadi prestasi atau bukti kemandirianmu mengelola keuangan. Selain itu, tabungan juga bisa dijadikan dana cadangan jika sewaktu-waktu ada kebutuhan yang mendesak atau tak bisa menunggu.
6.    Tanah Rantau Itu Ibarat Lembar Kosong yang Bebas Diisi. Buka Dirimu Seluas-luasnya Demi Menemukan Kawan Baru
Tinggal di tempat baru memberimu kesempatan untuk memperluas pergaulan. Kamu bisa punya banyak teman-teman baru, baik di tempat kerja maupun di lingkungan sekitar tempat kamu tinggal. Teman-teman baru inilah yang lambat laun membuatmu merasa betah dan seperti menemukan “rumah”. Mereka pulalah yang tak akan segan membantu dan memberi dukungan saat kamu sangat membutuhkannya.
Sementara, menjelajah tempat tinggalmu berarti belajar dan menemukan pandangan baru. Kamu bisa berkeliling dengan angkutan umum saat akhir pekan, mengunjungi tempat-tempat wisatanya, dan belajar lebih mengenal kekayaan lokal. Dengan cara ini bisa jadi kamu akan menemukan hal-hal baru yang mungkin membuatmu semakin betah menetap di tanah rantau.
7.    Kamu Pun Wajib Bersikap Ramah dan Sopan, Baik dengan Sesama Perantau Maupun Warga Asli Daerah yang Kamu Tinggali
Sebagai pendatang, kamu tentu waib bersikap baik di tempat barumu. Bersikap baik memungkinkanmu disukai banyak orang sehingga usahamu untuk beradapsi bisa jadi lebih mudah. Ramahlah dengan orang-orang baru yang kamu temui di tempat kerjamu. Murahlah berbagi senyum sehingga orang akan menilaimu sebagai pribadi yang menyenangkan. Kamu pun layak bersikap sopan yang berarti menghargai lingkungan baru yang kini kamu tinggali.
8.    Jika Ingin Sukses, Kamu Harus Punya Karakter Gigih, Pantang Mengeluh, dan Tahan Banting
Merantau memang identik dengan kesuksesan. Banyak orang yang akhirnya bisa punya kehidupan yang lebih baik setelah mantap memutuskan untuk merantau. Bagi mereka yang tinggal di daerah atau pedalaman misalnya, kota-kota besar tentu terlihat menarik untuk dituju. Banyaknya peluang kerja, fasilitas yang lebih maju, dan taraf hidup yang lebih tinggi bisa menjanjikan kehidupan yang lebih baik.
Tapi, sukses tak mungkin bisa diraih tanpa kerja keras dan usaha. Sukses tak bisa begitu saja didapat tanpa perjuangan yang hebat. Mereka yang akhirnya bisa sukses diperantauan sudah demikian gigih bertahan. Tetap mantap menghadapi segala kesulitan selama tinggal diperantauan dan tak lantas menyerah lalu kembali pulang ke rumah.
9.    Di Tempat Baru, Jangan Pernah Berhenti Mengembangkan Dirimu
Yup, lingkungan dan tempat tinggal barumu sah menawarkan berbagai kesempatan untuk maju. Kamu pun layak memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Lantaran tak ada keluarga yang menunggumu pulang, tak ada salahnya memilih kerja lembur selama stamina dan tubuhmu masih kuat.  Jika kamu masih punya banyak waktu luang, manfaatkan untuk berbagai kegiatan yang sekiranya meningkatkan kualitasmu.
10.    Temukan dan Bergabunglah dengan Komunitas Sesama Perantau yang Bisa Jadi Obat Rindu Ketika Ingat Rumah
Bagaimanapun, rumah adalah tempat paling nyaman yang akan selalu kamu rindukan. Tak ada tempat yang bisa menggantikan kenyamanan saat bisa berkumpul bersama orang tua dan keluarga. Rumahlah yang sah membuatmu bahagia dengan menikmati hidup lewat cara-cara yang sederhana. Demi menawar kerinduanmu pada rumah, kamu bisa bergabung dengan komunitas sesama perantau dari daerahmu. Di sana, kamu akan menemukan teman-teman yang bisa diajak berkeluh kesah dan berbagi rindu. Yang pasti, mereka pun bisa merasakan kerinduanmu pada rumah dan kampung halaman.
Nah, gimana? Apakah kamu yang saat ini tengah merantau sudah menerapkan hal-hal di atas? Buat kamu yang bersiap akan merantau, semoga bisa mantap dengan pilihan dan keputusanmu, ya


Jangan menikah sebelum tanyakan 15 hal ini pada pasangan!

On May 06, 2016

Memutuskan untuk menikah adalah langkah besar bagi kehidupan setiap orang. Menikah merupakan komitmen seumur hidup yang tak bisa dijalani dengan main-main. Semua orang tentu ingin menikah sekali seumur hidup dan bisa langgeng dengan pasangan hingga tua.

Banyak yang sudah menikah dan bertanya-tanya apakah mereka sudah memilih orang yang tepat untuk dijadikan teman hidup. Tentunya tak ada yang ingin menyesal setelah memilih pasangan dan memutuskan menikah. Menurut survei yang dilakukan oleh The New York Times, ada beberapa pertanyaan yang sebaiknya ditanyakan oleh pasangan sebelum memutuskan untuk menikah.

Ini dia beberapa pertanyaan yang sebaiknya didiskusikan oleh pasangan sebelum memutuskan menikah, seperti dilansir oleh Mogul.

1. Pasangan ingin memiliki anak atau tidak? Jika iya, berapa anak yang diinginkan oleh pasangan. Ketika sudah memiliki anak, siapa yang akan menjadi pengasuh utama, atau orang tua akan mengasuh secara bergantian?

2. Kemampuan finansial pasangan dan impian yang ingin dicapai. Apakah ide mengenai pendapatan dan pengeluaran dalam rumah tangga pasangan sudah sesuai satu sama lain, atau ada hal yang berbeda dan perlu disepakati lebih lanjut?

3. Mengenai urusan rumah tangga. Bagaimana urusan rumah tangga diselesaikan, siapa yang bertanggung jawab, atau urusan dan pekerjaan rumah tangga akan dibagi rata? Apakah suami mau mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci, menyapu, dan lainnya ketika istri tak bisa?

4. Apakah pasangan sudah mengetahui dan saling terbuka mengenai kesehatan fisik dan mental? Pasangan sebaiknya saling jujur mengenai riwayat penyakit, penyakit yang menurun pada keluarga, dan lainnya.

5. Apakah pasangan sudah memberikan kasih sayang dan perhatian seperti yang kalian harapkan?

6. Bagaimana pasangan membahas masalah seksual. Apakah pasangan bisa terbuka dan nyaman untuk berdiskusi masalah kebutuhan seksual, ketakutan, dan hasrat seksual?

7. Bagaimana dengan televisi di tempat tidur? Hal ini terlihat sepele, tetapi televisi di tempat tidur juga bisa mengganggu waktu-waktu intim pasangan dan memicu pertengkaran.

8. Apakah selama ini pasangan sudah saling menghormati dan mendengarkan dengan baik mengenai ide-ide pasangan? Apakah pasangan bisa saling terbuka membicarakan hal yang tidak mereka sukai, protes, atau komplain?

9. Apakah pasangan memiliki nilai-nilai moral yang sama? Bagaimana dengan nilai-nilai keagamaan dan juga mengenai kebutuhan spiritual, dan pendidikan moral untuk anak?

10. Bagaimana hubungan kalian dengan teman-teman pasangan? Apakah kalian menyukainya? Bagaimana sikap pasangan terhadap teman-teman kalian? Apakah ini bisa menimbulkan masalah ke depannya?

11. Bagaimana hubungan pasangan dengan orang tua dan keluarga kalian? Apakah hubungan dengan orang tua bisa menjadi masalah di masa depan?

12. Apa kebiasaan di keluarga masing-masing yang tidak disukai pasangan, atau uneg-uneg pasangan mengenai keluarga kalian? Karena pernikahan bukan hanya antara dua orang, tetapi juga dua keluarga.

13. Apakah ada hal-hal yang harus ditinggalkan untuk pernikahan ini? Misalkan pihak wanita yang harus berhenti bekerja setelah menikah, dan lainnya. Apakah ada hal-hal yang tak siap ditinggalkan saat menikah?

14. Ketika ada kemungkinan tawaran kerja yang jauh dari rumah atau tempat domisili, apakah pasangan mau diajak serta pindah rumah, atau akan menjalani hubungan jarak jauh?

15. Apakah pasangan memiliki kepercayaan pada satu sama lain bahwa mereka bisa menjalani komitmen pernikahan ini selamanya dan yakin bahwa mereka bisa menghadapi berbagai tantangan bersama di masa depan?

Pertanyaan-pertanyaan di atas sebaiknya didiskusikan dan dibicarakan dengan pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Meski terlihat biasa saja, namun pertanyaan di atas membawa isu yang bisa menjadi masalah di masa depan jika tidak ada kesepakatan dan pemahaman yang baik.

Pertanyaan di atas juga bisa membantu pasangan untuk saling berbagi pikiran dan terbuka mengenai perspektif masing-masing. Ketika kesepakatan dan pemahaman sudah dicapai sebelum menikah, tentunya langkah menuju jenjang pernikahan akan menjadi lebih mantap.

Cara Membangun Keluarga Sakinah Menurut Islam

On May 06, 2016

Memiliki keluarga yang sakinah atau harmonis merupakan dambaan setiap pasangan suami istri, akan tetapi untuk mewujudkannya bukanlah hal yang mudah. Di tengah arus kehidupan seperti sekarang ini, jangankan untuk membangun rumah tangga yang sakinah, untuk dapat mempertahankan keutuhan rumah tangga saja sudah merupakan sebuah prestasi. Sudah saatnya bagi kita semua untuk merenunginya, melakukan refleksi diri, apakah kita sudah berjalan pada koridor yang diinginkan oleh Allah dalam menjalakan kehidupan berumah tangga ataukah belum.

Agama Islam senantiasa mengajarkan kepada umatnya agar keluarga dijadikan sebagai institusi yang aman, nyaman, bahagia dan kukuh bagi setiap ahli keluarga. Al Quran dan Hadist merupakan landasan bagi terbentuknya sebuah keluarga yang sakinah termasuk dalam hal mengatasi setiap permasalahan yang timbul. Berdasarkan hadist nabi, ada 5 pilar utama untuk dapat mewujudkan sebuah keluarga yang sakinah, diantaranya adalah:

1.    Memiliki kecenderungan terhadap agama
2.    Saling menghormati dan menyayangi
3.    Sederhana dalam berbelanja
4.    Santun dalam bergaul
5.    Selalu instropeksi diri

Cara atau tips membangun keluarga sakinah? Berikut diantaranya:

1.     Memilih suami atau istri dengan kriteria yang tepat (Dalam memilih pasangan kriteria yang tepat sangatla penting, misalnya beragama Islam, shaleh atau shalehah, berasal dari keturunan baik-baik, berakhlak mulia dsb).
2.      Memenuhi syarat utama dalam keluarga yaitu ‘mawaddah’ (cinta yang membara dan menggebu) dan ‘rahmah’ (Kasih sayang yang lembut, siap berkorban dan melindungi kepada yang dikasihi)
3.      Saling mengerti atau memahami antara suami dan istri Saling mengerti dan memahami serta menghindari aksi egoisme sangat penting dalam membina sebuah keluarga.
4.      Saling menerima kelebihan serta kekurangan masing-masing (Anda tentu tahu bahwa tidak ada manusia yang sempurna, demikian pula dengan pasangan Anda. Ketika Anda dan pasangan telah berkomitmen untuk membangun hubungan maka Anda dan pasangan harus siap menerima kelebihan dan kekrangan masing-masing.
5. Saling menghargai satu sama lain, penghargaan terhadap pasangan adalah hal yang penting, karena setiap manusia itu pasti memiliki kelebihan.
6. Saling mempercayai antara suami dan istri, kepercayaan merupakan salah satu faktor yang memberikan ketenangan terhadap satu sama lain.
7. Mengerti dan dengan sukarela menjalankan kewajiban masing-masing.

8. Hubungan harus didasar perasaan saling membutuhkan. Tidak ada manusia yang bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, karena Allah menciptakan manusia sebagai makhluk sosial.

9 Alasan Kenapa Lebih Baik Menikah Di Usia Muda

On May 06, 2016

Menikah adalah hal yang indah bagi pasangan yang saling mencintai dan sebenarnya tidak ada patokan berapa usia yang tepat untuk menikah. Asalkan memiliki kemampuan dan kematangan, menikah sangat dianjurkan untuk dilakukan.


Banyak yg mengatakan bahwa usia-usia muda merupakan usia terbaik untuk menikah. Baik dari sisi kesehatan dan psikologis, usia muda bisa dikatakan usia yang paling ideal. Berikut beberapa alasan mengapa sebaiknya menikah di usia muda.

1. Lebih terjaga dari dosa
Dalam ajaran agama, menikah di usia muda adalah hal yang di anjurkan karena dapat mencegah terjadinya pergaulan bebas dan penyebaran penyakit kelamin yang berbahaya. Selain itu, menikah di usia muda juga memastikan konteks garis keturunan yang jelas.

2. Lebih bahagia
Hasil riset National Marriage Project’s 2013 di Amerika Serikat (AS) menunjukkan, persentase tertinggi orang yang merasa sangat puas dengan kehidupan pernikahan adalah mereka yang menikah di usia 20-28 tahun. Sebab mereka umumnya belum memiliki banyak ego-ambisi.
Pasangan muda lebih mudah menerima pasangan hidupnya. Bahkan, ketika sang suami belum mapan secara ekonomi dan akibatnya hidup “pas-pasan”, mereka tetap bisa enjoy dengan kondisi tersebut.

3. Mudah beradaptasi
Pengantin berusia muda memiliki toleransi yang tinggi terhadap perubahan, lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, keluarga pasangan, dan kebiasaan buruk pasangan. Hal yang demikian tida terjadi pada pengantin yang telah berusia matang.

4. Lebih puas untuk urusan intim
Pasangan yang menikah di usia 20-an cenderung melakukan hubungan intim lebih sering daripada mereka yang menikah lebih lambat. Hasil studi Dana Rotz dari Harvard University pada 2011 menunjukkan, menunda usia menikah empat tahun terkait dengan penurunan satu kali hubungan intim dalam sebulan.
Sedangkan dalam tingkat kepuasan, menikah di usia muda – diantaranya dengan dukungan fisik yang masih prima- membuat suami istri lebih menikmati keadaan intim.

5. Belajar kedewasaan
Belajar menjadi lebih dewasa dengan orang yang kita cintai adalah fase hidup yang menyenangkan. Bisa menjadi lebih bertanggung jawab. Daripada sebelumnya saat belum menikah, seseorang akan bisa lebih bertanggung jawab karena tuntutan atau keadaan yang memaksa harus seperti itu.

6. Emosi lebih terkontrol
Menikah di usia muda terbukti lebih cepat mendewasakan pasangan tersebut. Dalam arti, menikah dan berumah tangga membuat seseorang lebih terkontrol emosinya. Ini dipengaruhi oleh ketenangan yang hadir sejalan dengan adanya pendamping dan tersalurkannya “kebutuhan batin.”
Hasil studi sosiolog Norval Glenn dan Jeremy Uecker pada tahun 2010 mendukung hal ini. Menurut hasil studi tersebut, menikah pada usia muda akan lebih bermanfaat dari sisi kesehatan dan mengontrol emosi.

6 Bersama-sama mengejar mimpi
Masa muda adalah masa mengejar impian. Di sinilah letak serunya menikah muda, Anda dan pasangan masih memiliki semangat yang tinggi dalam mengejar cita-cita. Tak sebatas itu saja, dukungan yang diberikan pun lebih konkrit dan nyata.

7. Lebih mudah meraih kesuksesan
Sebagian orang menunda menikah dengan alasan mencapai jenjang karir tertentu atau hidup mapan terlebih dahulu. Padahal, saat seseorang telah menikah, ia menjadi lebih tenang, merasakan sakinah. Dengan ketenangan dan stabilnya emosi ini, ia bisa lebih fokus dalam meniti karir dan beraktifitas apa pun. Karenanya tidak mengherankan jika banyak orang-orang yang sukses di usia 40-an adalah mereka yang menikah di usia 20-an.

8. Faktor reproduksi
Peluang memperoleh anak lebih tinggi, dibandingkan pengantin wanita berusia lebih dari 35 tahun. Ini adalah keuntungan menikah muda.

9. Lebih baik bagi masa depan anak-anak
Lebih baik bagi masa depan anak-anak di sini bukan berarti menikah di usia muda memungkinkan anak sudah dewasa saat Anda pensiun. Meskipun, hal itu juga bisa menjadi salah satu pertimbangan.
Namun yang lebih penting dari itu, menikah di usia muda dan memiliki buah hati di usia muda, saat Anda belum mapan secara ekonomi berarti kamu dapat mendidik anak-anak secara langsung merasakan pahit getirnya kehidupan. Artinya mereka telah mencicipi perjuangan Anda. Dan jangan sampai anak-anak hanya tahu fasilitas dan hidup enak tanpa merasakan hidup adalah perjuangan.